Aku protes sendiri saat mendengar seorang penyiar televisi swasta yang membacakan berita olahraga yaitu sepakbola. Penyiar wanita itu mengatakan Persiba Balikpapan sebagai klub kebanggaan warga Kalimantan Selatan.
Jelas saja aku protes meski tak didengar oleh penyiar tersebut, karena Balikpapan itu bukan berada didalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan dimana aku tinggal dan kampung halamanku berada. Yang benar tentu saja Balikpapan itu berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Timur, kota terpenting dan terbesar kedua setelah Samarinda yang menjadi ibukota Kalimantan Timur.
Seingatku kesalahan seperti itu sering kali kudengar dalam penyebutan letak atau lokasi propinsi kota-kota di Kalimantan.
Beberapa kota besar penting di Kalimantan yang cukup dikenal antara lain ; Banjarmasin dan Banjarbaru (Kalsel), Samarinda dan Balikpapan (Kaltim), Palangkaraya (Kalteng, dan Pontianak (Kalbar). Namun tak jarang banyak yang salah menyebut propinsi dari kota-kota tersebut.
Aku punya pengalaman yang hampir saja membuatku rugi cukup besar. Beberapa bulan lalu aku memesan barang cetakan berupa majalah sebanyak 1.000 eksemplar pada sebuah percetakan di Surabaya. Sudah berkali-kali aku katakan ke pihak percetakan kalau aku berasal dari propinsi Kalsel. Aku pun pulang ke daerah setelah memberikan pesanan dengan perjanjian barang cetakan setelah selesai akan dikirim ke alamatku via pengiriman udara.
Ketika mendapat pemberitahuan dari pihak percetakan bahwa orderku sudah selesai, dan sedang siap kirim ke Bandara Sepinggan Balikpapan, aku kaget setengah mati. Untunglah orderku sebanyak 5 koli dengan berat hampir 140 kilogram itu belum dikirim. Aku pun kembali menjelaskan bahwa orderku itu dikirim ke Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru Kalsel dengan kode penerbangan BDJ. Kalau saja order tersebut terlanjur dikirim ke Balikpapan, maka aku mesti menempuh jarak yang hampir 2 kali lipat dari daerahku ke Banjarbaru, disamping itu untuk mencapai Balikpapan aku mesti menyeberangkan mobil dari Panajam ibukota Kabupaten Paser Utara.
Kupikir dengan kejadian tersebut, pelajaran geografi di sekolah-sekolah tampaknya kurang berhasil. Ataukah pelajaran yang mesti menghapal banyak tempat tersebut kurang diminati ? Apakah ada kemungkinan pula para guru yang mengajar geografi kurang dapat menarik minat muridnya ? Padahal seingatku pelajaran menghapal nama-nama ibukota propinsi, kabupaten, kota-kota penting, gunung, sungai, danau, tempat wisata, universitas hingga Bandara di Indonesia ini, diberikan di SD dan SMP.
Yang lebih parah lagi, begitu mendengar nama kalimantan, kebanyakan tahunya cuma menyebut nama Banjarmasin dan Balikpapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H