Mohon tunggu...
Imi Suryaputera™
Imi Suryaputera™ Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis, Penulis, Blogger

Pria, orang kampung biasa, Pendidikan S-3 (Sekolah Serba Sedikit)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Madu (Tidak) Bercampur Air

28 Mei 2012   04:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:41 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aku mendapatkan pengetahuan ini ketika beberapa tahun lalu sempat ikut bermukim di perkampungan etnis Dayak di kaki pegunungan Meratus di wilayah Kalimantan Selatan.
Keberadaanku disana memang sedang mencari hasil hutan berupa damar, kayu manis dan madu (asli).

Waktu yang lebih kurang sebulan berada di perkampungan tersebut, membuat kami akhirnya akrab satu sama lain. Apalagi antara etnisku, Banjar dengan Dayak masih merupakan satu rumpun terdekat. Komunikasi kami lakukan dalam bahasa etnis Banjar yang memang setiap orang Dayak dapat dan mengerti menuturkannya.
Keakraban kami tersebut membuka rahasia perihal yang terkait madu yang selama ini setiap orang selalu mencari dan ingin mendapatkan yang asli tanpa bercampur apapun.

Dari penuturan kenalanku dari etnis Dayak itu mengungkapkan, sulit mendapatkan madu asli tanpa bercampur di hutan. Hampir semua madu yang diambil dari sarang lebah liar di hutan telah bercampur dengan air. Meskipun terdapat yang benar-benar asli, biasanya untuk konsumsi sendiri bukan untuk dijual.
Menurut kenalanku itu dimana aku menginap, madu yang telah diambil dari sarang lebah, akan dimasukkan kedalam batangan bambu yang memiliki rongga. Madu tersebut disimpan disana untuk beberapa hari, sehingga volume isinya bertambah. Bertambahnya isi madu di batangan bambu itu dikarenakan madu menyerap air dari serat-serat batangan bambu.
Setelah isi madu dalam batangan bambu itu bertambah, madu-madu dimasukkan kedalam tempat seperti tempayan maupun tong plastik, dimasukkan butiran-butiran damar supaya awet.

"Kami tak mencampurnya langsung dengan air, tapi pencampuran itu proses alamiah," tutur kenalanku yang seorang anaknya sedang bersekolah di SMA di sebuah kota kecamatan.
Kupikir cerdik juga teknik mereka yang selama ini dianggap masih setengah primitif.

Kenalanku ini juga mengajari cara untuk mengetes dan mengetahui apakah madu bercampur atau tidak dengan air. Ia pun mengambil secarik kertas koran bekas, kemudian ia teteskan madu diatasnya, tunggu beberapa lama. Madu asli tanpa campuran tetap tak bergerak atau mengembang ke segala arah. Bila dilihat dari bagian bawah kertas, tak tembus. Sedangkan madu yang telah bercampur air, jika diteteskan ke atas kertas, akan mengembang ke segala arah, dan akan tembus ke balik kertas, karena sifat air yang dapat merembes dan menembus kertas. Menurut kenalanku pula, untuk lebih bagusnya mengetes madu tersebut menggunakan kertas yang sangat tipis dan lembut sejenis kertas tisu.

Nah, inilah sekedar penemuan dan pengalamanku yang mungkin bisa dijadikan petunjuk bagi yang ingin mengetahui dan mendapatkan madu asli (madu hutan dari lebah liar).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun