"Belum tentu ! Belum tentu black campaign !" Jeaniver Funk berdiri sambil angkat telunjuk.
Suasana meeting tampak sudah mulai memanas. Kusifer menggebrak mejanya beberapa kali untuk menenangkan suasana.
"Berdebat boleh, tapi jangan dengan batok panas !" seru Kusifer.
"Betul kata Jeaniver Funk. Belum tentu penyebaran video ARB itu sebuah bentuk black campaign. Karena jika si penyebar video itu bukan politisi, juga bukan sebagai Caleg apalagi Capres, dia hanya warga biasa, maka tak bisa dituduh sebagai pelaku black campaign," Baracula panjang lebar menyampaikan pendapatnya sambil terus melirik ke Jeaniver Funk.
"Terus apa maksudnya menyebar video tersebut melalui situs Youtube ?" tanya Palampire.
"Bisa saja si penyebar video itu memang orang yang tidak suka ARB sebagai seorang pengusaha, bukan sebagai politikus," sahut Idazil.
"Bisa saja si penyebar video bukan dari kalangan politikus maupun saingan ARB, tapi orang biasa yang sengaja dibayar oleh seseorang yang punya kepentingan akan kejatuhan ARB," sengit Fajjal tak bisa menahan emosinya.
"Sudahlah, ARB itu biar tidak dibikin target black campaign tetap juga reputasinya sudah kurang baik," Afrit tetap memojokkan ARB.
Karena dirasa meeting sudah cukup dengan beberapa laporan dan pendapat, saatnya Kusifer mengambil kesimpulan.
"Setelah saya telaah dari semua laporan berikut tanggapan peserta meeting, saya menyimpulkan kasus video ARB itu sama sekali bukan kategori black campaign, tapi memang sudah selayaknya kasus seperti itu deketahui oleh publik manusia. Dan bilamana perlu kita para Setan ini tetap intens mendorong kasus tersebut terus tersebar sambil memprovokasi mereka agar memunculkan video-video kasus yang baru," kesimpulan Kusifer sekaligus imbauan kepada para bawahannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H