Dari mulai masa anak-anak hingga kini digantikan dengan beberapa duplikat saya, yakni anak-anak saya, selalu yang banyak disuguhkan oleh media televisi adalah film kartun dari mancanegara.
Saya masih ingat beberapa film kartun yang dulu selalu saya rindukan kehadirannya di TVRI, yang antara media yang menayangkan dengan yang ditayangkan sama-sama tak ada pilihan bagi saya dan anak-anak sebaya. Film kartun jaman dulu antara lain; Tom and Jerry, Flintstone, Dynomut Dog Wonder, Kum Kum, Sealab 2020, Gemini Man, Popeye dan lainnya, diantara film kartun tersebut ada yang masih eksis tayang hingga kini.
Selain film kartun tersebut yang menjadi hiburan yang pas untuk anak-anak, untunglah waktu itu ada alternatif lain selain film kartun, yakni tayangan boneka Si Unyil, yang jalan ceritanya langsung bisa dimengerti dan dipahami ketimbang film kartun yang berbahasa Inggris dengan teks yang saat membacanya mesti cepat karena berganti-ganti menyesuaikan suara para tokoh di film.
Dulu saya selalu berpikir tentang film kartun buatan Indonesia hasil karya anak negeri ini. Sehingga anak-anak Indonesia tidak lagi menonton film kartun hasil karya negeri lain. Apalagi kemudian muncul tayangan film kartun Upin dan Ipin karya negeri jiran, makin membuat saya tak habis pikir kenapa Indonesia bisa kalah dari negeri yang dulunya kita kirimi para guru untuk mengajar di negeri serumpun itu. Hebatnya lagi film kartun Upin dan Ipin ini justru digandrungi oleh banyak anak-anak di seluruh Indonesia.
Syukurlah pikiran saya tentang film kartun buatan Indonesia sudah terjawab. Akhir-akhir di stasiun televisi saya lihat ada yang menanyangkan film kartun Indonesia, ada 2 film kartun yang saya ketahui; satu film berkisah tentang satu keluarga, yang lainnya tentang 3 sosok pribadi yang memegang peran penting pada cerita film kartun itu.
Namun dengan kehadiran film kartun buatan Indonesia ini, sayangnya tak menghilangkan film kartun buatan negara lain yang masih eksis terus ditayangkan di sejumlah televisi. Padahal jika melihat film kartun buatan Indonesia, justru penampilannya lebih bagus daripada beberapa film kartun seperti misalnya Dora Emon dan Sinchan. Mestinya televisi di Indonesia berbangga hati untuk memprioritaskan menayangkan film kartun Indonesia dengan tujuan menstimulasi para pelaku sineas negeri ini untuk terus membuat film kartun.
Belum habis kekecewaan saya tentang masih eksis tayangnya film kartun dari mancanegara, kini malahan muncul film kartun baru buatan Negeri Baeruang Merah, berbahasa Rusia, yang mengisahkan seorang anak perempuan dan beruang. Dan film kartun ini pun menjadi favorit baru para anak-anak Indonesia.
Setelah banyak produk negara lain yang kita gandrungi, seyogiyanya kita memulai mencintai produk negeri sendiri dengan film kartun. Jika kita belum menghargai ciptaan negeri sendiri, jangan harapkan negeri lain melirik ciptaan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H