Mohon tunggu...
Imi Cicilalang
Imi Cicilalang Mohon Tunggu... -

Yang Haus Ilmu dan Pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Politik

Al-Quran Itu Pedoman, Bukan Mainan! (Bag. I)

28 Maret 2014   03:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah penafsiran keliru tentang musibah Gunung Kelud dan munculnya mufasir "kesasar," Abu Marlo, baru-baru ini kita kembali dikagetkan dengan adanya penafsiran al-Quran yang dikaitkan dengan "kepentingan-kepentingan" mereka dalam meraup kekuasaan dalam kancah politik. Tidak tau apa alasan atau argumen mereka, yang jelas mereka telah menyalahgunakan al-Quran demi sebuah kepentingan. Padahal al-Quran sebagai kitab suci Umat Islam terlalu mulia jika digunakan untuk kepentingan duniawi yang cenderung kotor tersebut.

Salah satu penafsiran yang muncul adalah pengkaitan nomer urut surat di dalam al-Quran dengan nomor urut sebuah partai yang mengaku "Islami," PKS. Mereka dengan sengaja tanpa memperhatikan beberapa syarat dan ketentuan kaidah penafsiran, mencoba -lebih tepatnya memaksakan untuk mengambil kesimpulan antara makna surat tersebut dengan partai yang dimaksud. Hal ini tentunya tidak dibenarkan, karena al-Quran hanya bisa digunakan hujjah atau bukti untuk hal-hal yang baik dan benar.

Penafsiran tersebut terlalu memaksakan kehendak, padahal apa yang mereka inginkan -pencitraan nama baik PKS adalah hal yang relatif. Artinya, ketika mereka menafsirkan bahwa ketika tahun 1999 PK (saat itu) dengan urut 24 adalah sesuai dengan nama surat urutan yang dalam al-Quran yang artinya cahaya, maka mereka mengkaitkan bahwa partai tersebut bisa dikatakan seperti cahaya dibandingkan dengan partai partai lain.

Penafsiran pada pragraf di atas sungguh tidak masuk akal. Bisa jadi ada partai lain ketika itu yang gerak dan usahanya dalam berjuang demi Indonesia lebih baik dari partai PKS (sekarang). Hal tersebut relatif dan al-Quran terlalu suci untuk dijadikan hujjah. Al-Quran bukan mainan! Tapi pedoman!

Penafsiran lain yang sangat disayangkan yaitu penafsiran kisah nabi Nuh dan Nabi Yusuf di dalam al-Quran yang dikaitkan dengan ketua partai mereka. Ini sudah sangat keterlaluan. Mereka mengklaim bahwa Nabi Nuh-nya PKS adalah Anis Matta yang nanti akan menyelamatkan Indonesia , maka rakyat diajak masuk ke kapal bahtera PKS. Selain itu, mereka mengklaim bahwa salah satu petinggi PKS setelah masuk sumur sapi, maka nanti akan seperti Nabi Yusuf yang dimasukkan ke sumur dan akan keluar menuju istana. Sungguh sangat miris.

Saya di sini tidak membenci mereka secara individu atau kelompok, namun membenci cara mereka dalam menarik simpati masyarakat yang sangat keliru, apalagi menggunakan al-Quran. Sekali lagi al-Quran itu pedoman, bukan mainan! Jika seperti hal di atas tetap dipertahankan atau bahkan diamini, apa bedanya dengan penafsiran yang mengedepankan hawa nafsu yang tidak bisa diterima, termasuk secara nalar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun