Mohon tunggu...
Imella Olivia
Imella Olivia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

introvert

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Peran Orangtua dalam Memahami Perkembangan Identitas pada Remaja

21 Oktober 2023   17:33 Diperbarui: 21 Oktober 2023   17:38 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Sebagai orangtua atau biasa disebut pendidik yang paling utama yang dapat memberikan yang terbaik bagi anaknya yakni wajib memahamai bagaimana perkembangan identitas remaja yang umumnya pada masa remaja ini yakni masa pencarian jati diri dan membutuhkan perhatian exstra karena pada masa itu remaja sudah mulai merasa bahwa pemikirannya benar dan cenderung lebih egois. Oleh karena itu, orangtua lebih waspada mengawasi setiap gerak gerik anaknya dan memberikan nasihat yang baik dengan memahami perilaku atau sifat anak dan tidak membentak atau membuat anak tersebut menjadi lebih frontal. Hal ini jika orangtua melakukan hal tersebut maka juga akan membuat dampat yang buruk seperti mental down, atau malah menjadi anak tidak nurut kepada orangtua serta mudah berbohong dalam melakukan berbagai aktivitasnya.

Perkembangan identitas pada remaja umumnya memiliki peran penting bagi orangtua dan orang terdekat di sekelilingnya. Mengapa demikian, karena jika remaja tidak terkontrol akan pencarian jati dirinya maka akan membuat remaja mudah terpengaruh ke dalam hal negatif, seperti pada lingkungan pergaulannya. Dalam hal ini, peran yang dapat dilakukan orangtua yakni dengan mengawasi remaja tersebut dengan cara berbuat seperti teman sendiri, maka anak tersebut akan lebih terbuka kepada orangtuanya karena orangtua sudah memberikan kepercayaan terhadap anaknya. 

Nah, dengan demikian anak menjadi lebih mengerti dan sadar jika orangtua mampu menerima isi curhatan atau cerita kehidupannya dengan pergaulan di lingkungannya. Lingkungan juga dapat mempengaruhi pola pikir anak, jika anak bergaul di dalam lingkungan yang sehat, maka anak juga dapat terpengaruh dengan hal-hal yang baik, sebaliknya jika anak terperosok ke dalam pergaulan yang negatif, maka anak tersebut juga pasti terbawa ke pengaruh yang buruk.

Terdapat banyak kasus berita remaja mengalami suicide (BD) dengan rentan usia sekitar 18 hingga 20 tahun. Hal ini membuktikan bahwa anak cenderung memiliki masalah dan anak tersebut tidak mendapat dukungan dari orangtua atau orang terdekatnya. Peran orangtua yang sangat penting dalam menghadapi kasus berita remaja tersebut dapat diterapkan seperti:

1. Mendengarkan, Dalam hal ini orangtua harus mmendengarkan anak-anak mereka dengan empati, tidak dengan menghakimi. Dengan mendengarkan dengan empati, orangtua menciptakan ruang di mana anak-anak merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dicela atau diabaikan. Mereka dapat mencoba untuk memahami perspektif anak, bahkan jika mereka tidak sepakat dengan pandangan atau perasaan tersebut. Hal ini dapat membantu memperkuat hubungan oarngtua kepada anak dan memperkuat rasa kepercayaan anak pada orangtua mereka. Selain mendengarkan, penting juga untuk memastikan bahwa anak-anak tahu bahwa orangtua selalu ada untuk mereka, siap mendukung dan membantu ketika diperlukan. Mendengarkan dengan empati adalah landasan yang kuat dalam membantu anak-anak menghadapi masalah emosional dan mencegah kasus bunuh diri pada remaja.

2. Mengawasi: Orang tua harus mengamati anak-anak mereka secara cermat, terutama dalam hal perubahan perilaku yang mencurigakan. Perubahan ini dapat mencakup penurunan prestasi sekolah, perubahan pola tidur atau makan, serta peningkatan dalam konsumsi alkohol atau obat-obatan. Mengapa hal tersebut sangat penting? Karena perubahan-perubahan seperti ini bisa menjadi tanda-tnda depresi atau bahaya bunuh diri pada remaja.

Ketika orangtua mendeteksi perubahan seperti itu, mereka harus mengambil tindakan. Ini bisa mencakup berbicara dengan anak untuk mencari tahu apa yang mungkin menyebabkan perubahan tersebut. Orangtua juga bisa menghubungi guru, konselor sekolah, atau profesional kesehatan mental untuk mendiskusikan kekhawatiran mereka dan mencari bantuan dalam menilai situasi. Selain itu, pengawasan juga melibatkan memastikan bahwa anak-anak memiliki akses yang terbatas atau tidak ada akses sama sekali ke alat yang dapat digunakan untuk menyakiti diri sendiri, seperti senjata atau obat-obatan berbahaya. Mencegah akses ini adalah langkah proaktif untuk mengurangi risiko bunuh diri.

Orangtua juga perlu mengedukasi diri mereka sendiri tentang tanda-tanda depresi dan bahaya bunuh diri, sehingga mereka dapat lebih mudah mengidentifikasi masalah pada anak mereka. Selanjutnya, mereka harus menjaga komunikasi terbuka dan terus menerus dengan anak-anak mereka, sehingga anak merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaan mereka. Dengan mengawasi dan merespons perubahan perilaku yang mencurigakan, orangtua dapat membantu mencegah tragedi bunuh diri remaja dan memberikan dukungan yang diperlukan kepada anak-anak mereka dalam mengatasi masalah emosional.

3. Mendidik tentang keesehatan mental, orangtua harus berperan sebagai sumber informasi yang baik untuk anak-anaknya. Mereka perlu membantu anak-anak memahami bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Ini bisa melibatkan percakapan terbuka tentang perasaan, emosi, dan setres. Orang tua harus mendidik anak-anak tentang gejala gangguan mental, seperti, depresi, kecemasan, atau gangguan makan, sehingga anak dapat mengenali tanda-tanda ini pada diri mereka sendiri atau teman sebaya. Selain itu, mereka perlu menjelaskan pentingnya mencari bantuan jika ada perasaan cemas atau tekanan yang berlebihan. Mendidik tentang kesehatan mental adalah langkah penting dalam pencegahan yang tidak diinginkan (BD) remaja, karena anak-anak yang memahami dan merasa diterima dalam mengatasi masalah kesehatan mental mereka cenderung lebih mungkin mencari bantuan ketika diperlukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun