Mohon tunggu...
Imelda Mr Simanjuntak
Imelda Mr Simanjuntak Mohon Tunggu... -

ingin selalu membuatmu tertawa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jika Aku Menjadi Pasien Kusta...

30 Juli 2011   17:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:14 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dihari yang tak terduga aku mendapat kesempatan untuk berkunjung ke RS Kusta Sitanala, Tangerang. Memasuki ruangan rumah sakit, ada ketakutan yang sangat besar kurasakan. Membayangkan akan bertemu dengan orang-orang dengan luka yang bernanah seperti apa yang orang banyak ceritakan kepadaku. Dengan semakin ketakutan, aku memberanikan diri masuk Poli Luka, bangsal yang cukup besar, dipenuhi aroma Betadine menyengat.

Ada sekitar tiga puluh tempat tidur pasien yang berjejer disana. Beberapa pasien tampak mengobrol, ada yang sedang Shalat, dan ada juga yang duduk termenung dikursi rodanya. Aku penasaran dengan apa yang sebenarnya mereka rasakan. Setelah melapor ke perawat pengawas akhirnya aku mulai memberanikan diri berbicara dengan segerombol pasien yang tampaknya sedang asik bercerita. Saat akanberkenalan salah satu dari mereka, yang akhirnya aku ketahui namanya adalah Bapak Mu’in, berkata: Eh, gak takut deket-deket kita neh?”.

Aku tersentak dengan pertanyaan itu, ada rasa bersalah dengan ketakutanku saat akan mengunjungi RS Kusta Sitanala. Aku hanya menanggapi dengan tawa kecil dan langsung mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. Ada Bapak Soleh dan Bapak Ya’an. Setelah melewati beberapa pertanyaan basa basi, kami mulai membicarakan apa yang merasakan danmasalah yang mereka hadapi.

Perbincangan singkat itu mencetuskan kesimpulan dalma benakku. Bahwa masalah terbesar mereka bukan pada penyakit, melainkan apa yang mereka hadapi saat keluar dari rumah sakit. Tidak ada yang mau menerima, tidak ada yang mau mempekerjakan, dan tidak ada yang mau berteman dengan mereka. Upaya dan keinginan melanjutkan hidup diputus oleh lingkungan. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat untuk pulang dan mengeluh juga menyingkirkan mereka. Dan, itu semua tanpa pengetahuan bahwa kusta itu bisa diobati. Bahkan, dalam hitungan enam jam obat itu sudah bisa menghentikan penularan dari penyakit kusta.

Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Hansen

Biaya rumah sakit yang semakin mahal menambah kecemasan. Keadaan ini membuat banyak “pasien gelap” yang tinggal di rumah sakit. Pasien gelap adalah mereka yang tetap tinggal di rumah sakit namun tidak mendapat pengobatan dan tidak membayar. Mereka hanya menumpang tinggal dan beli obat luka yang harganya lebih murah karena tidak ada rumah sakit yang mau menampung selain RS Kusta Sitanala.

Mejadi saksi keterisolasian mereka, aku menjadi malu. Mereka diputus dari hubungan sosial bermsyarakat. Sementara, dengan kesempurnaan fisik dibandingkan mereka, aku terkadang mengeluh bila koneksi internet eror atau lambat. Bagaimana kalau aku menjadi salah satu pasien kusta, apakah aku kuat terisolasi seperti mereka?

Toh, jika bisa memilih, mereka tidak ingin terjangkit kuman Mycobacterium lepra, penyebab kusta tersebut. Lalu, kenapa aku atau siap pun menjauhi dan menyingkirkan mereka. Aku bertekad, bercerita ke orang-orang, dimulai dengan teman-teman Facebook dan Twitter, bahwa kusta itu ada obatnya dan bisa disembuhkan. Aku ingin menebarkan perasaan jika berada di posisi mereka. Bahwa stigma negatif bisa menjadikan seseorang terisolasi, disingkirkan, dan dipaksa tidak mempunyai harapan bangkit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun