Sistem subak Bali adalah sebuah sistem irigasi tradisional yang unik dan telah ada sejak berabad-abad lalu. Sistem ini tidak hanya sekadar cara untuk mengairi sawah, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Bali yang harmonis dengan alam dan sesama.
Asal-usul pasti sistem subak sulit dilacak secara pasti. Namun, para ahli berpendapat bahwa sistem ini telah ada sejak masa Kerajaan-kerajaan Bali kuno. Pada masa itu, masyarakat Bali sudah memiliki pengetahuan yang mendalam tentang pengelolaan air dan pertanian
Sistem subak didasarkan pada prinsip Tri Hita Karana, yaitu hubungan harmonis antara manusia, Tuhan, dan alam. Prinsip ini tercermin dalam pengelolaan air subak yang adil, berkelanjutan, dan penuh dengan nilai-nilai spiritual
Prinsip-prinsip dasar subak dalam mengatur irigasi
1 Tri Hita Karana
Prinsip ini menjadi landasan utama sistem subak. Tri Hita Karana berarti hubungan harmonis antara manusia Sang Hyang Widhi  dan alam Dalam konteks subak, prinsip ini tercermin dalam upaya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia akan air untuk pertanian dengan kelestarian sumber daya air dan lingkungan.
2. Gotong Royong
Semua anggota subak terlibat aktif dalam pengelolaan sistem irigasi. Mulai dari membersihkan saluran irigasi, mengatur jadwal giliran mendapatkan air, hingga memecahkan masalah yang timbul bersama-sama. Prinsip gotong royong ini memperkuat rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama.
3. Keadilan
Pembagian air dilakukan secara adil dan merata kepada semua anggota subak. Tidak ada anggota yang diistimewakan atau dirugikan. Prinsip keadilan ini penting untuk menjaga harmoni dan menghindari konflik di antara anggota subak.
4. Pelestarian Lingkungan
Subak tidak hanya fokus pada produksi pertanian, tetapi juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Pengelolaan air dilakukan dengan bijak agar tidak merusak ekosistem dan sumber daya air.
5. Spiritualitas
Unsur spiritual sangat kental dalam sistem subak. Upacara-upacara keagamaan dilakukan secara berkala untuk memohon berkah kepada Tuhan agar diberikan hasil panen yang melimpah dan kelancaran dalam pengelolaan subak.
Tantangan Utama yang Dihadapi Subak
1. Perubahan Iklim
-Ketersediaan air Perubahan pola curah hujan yang tidak menentu, seperti musim kemarau yang lebih panjang dan intensitas hujan yang tinggi dalam waktu singkat, menyebabkan pasokan air untuk irigasi menjadi tidak stabil.
-Kenaikan suhu Peningkatan suhu dapat menyebabkan penguapan air yang lebih cepat, mengurangi ketersediaan air untuk pertanian.
-Perubahan pola tanam Petani harus menyesuaikan pola tanam mereka untuk menghadapi perubahan iklim, yang seringkali membutuhkan pengetahuan dan teknologi baru.
2. Alih Fungsi Lahan
-Pertumbuhan penduduk Peningkatan jumlah penduduk mendorong kebutuhan akan lahan untuk pemukiman, industri, dan pariwisata.
-Pengembangan infrastruktur Pembangunan jalan, bandara, dan fasilitas umum lainnya seringkali mengorbankan lahan pertanian.
-Nilai ekonomis lahan Nilai ekonomis lahan pertanian yang semakin meningkat mendorong pemilik lahan untuk mengubah fungsi lahan menjadi yang lebih menguntungkan secara finansial.
3. Modernisasi Pertanian
-Penggunaan pupuk dan pestisida Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dapat mencemari sumber air dan merusak ekosistem.
-Mekanisasi pertanian Penggunaan mesin pertanian yang besar dapat merusak saluran irigasi dan mengubah struktur tanah.
-Pergeseran minat generasi muda Generasi muda semakin tertarik pada pekerjaan di sektor non-pertanian, sehingga sulit mendapatkan regenerasi petani.
4. Tekanan Ekonomi
-Fluktuasi harga komoditas Harga hasil pertanian yang fluktuatif membuat petani sulit merencanakan produksi.
-Persaingan pasar Petani subak harus bersaing dengan produk pertanian dari daerah lain yang mungkin lebih murah atau memiliki kualitas yang lebih baik.
- Beban utang Banyak petani subak terlilit utang akibat biaya produksi yang tinggi dan harga jual yang rendah.
5. Kelemahan Kelembagaan
-Proses pengambilan keputusan dalam subak seringkali terkendala oleh birokrasi yang panjang dan rumit.
-Kurangnya kapasitas Beberapa subak kekurangan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas untuk mengelola sistem irigasi secara efektif.
-Konflik internal Konflik kepentingan di antara anggota subak dapat menghambat kerja sama dan menghambat pembangunanÂ
Upaya Pelestarian Subak
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, antara lain:
Pemerintah
Menyusun kebijakan yang mendukung pelestarian subak, menyediakan infrastruktur yang memadai, dan memberikan bantuan teknis kepada petani.
Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan subak, aktif berpartisipasi dalam pengelolaan subak, dan mengembangkan inovasi dalam pertanian.
Lembaga swadaya masyarakat
Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani, serta melakukan advokasi kebijakan yang mendukung pelestarian subak.
Akademisi
Melakukan penelitian untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi subak.
Kesimpulan
Sistem subak Bali menghadapi tantangan yang kompleks dan saling terkait. Namun, dengan upaya bersama, kita masih dapat melestarikan warisan budaya yang sangat berharga ini. Pelestarian subak tidak hanya penting untuk menjaga ketahanan pangan dan lingkungan, tetapi juga untuk melestarikan nilai-nilai luhur masyarakat Bali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H