Mohon tunggu...
IMELDA ALEXANDRA MAU
IMELDA ALEXANDRA MAU Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Think Happy, Be Happy! Don't forget to smile everyone! >_

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Antara Kehendak Untuk Berkuasa dan Kritik Terhadap Moralitas: Warisan Oleh Friedrich Wilhelm Nietzsche

8 Januari 2025   01:35 Diperbarui: 8 Januari 2025   01:30 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemikiran Friedrich Nietzsche tentang Kehendak untuk Berkuasa (Wille zur Macht) dan Kritik terhadap Moralitas memiliki dampak yang luar biasa besar dalam konteks pemikiran kontemporer, terkhusus dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk lebih mengetahui bagaimana pemikiran ini beroperasi ditengah masyarakat modern, mari kita lihat bagaimana dua konsep utama tersebut berhubungan dengan dinamika politik, sosial dan budaya pada saat ini.

  • Kehendak untuk Berkuasa (Wille zur Macht) di Kehidupan Bermasyarakat

Kehendak untuk Berkuasa dalam konteks Friedrich Nietzsche mengacu pada dorongan fundamental manusia untuk mengatasi batasan-batasan, baik dalam masyarakat maupun dalam diri sendiri. Bukan  hanya sekadar keinginan untuk berkuasa atas orang lain, tetapi juga sebagai dorongan untuk mencapai potensi maksimal diri, mengembangkan sebuah kreativitas, dan menciptakan nilai-nilai kehidupan sendiri.

Sebagai contoh, ketika seseorang yang harus bekerja keras untuk memperoleh posisi tinggi dalam suatu perusahaan hal ini menerminkan "kehendak untuk berkuasa" dalam artian mereka berusaha keras untuk mengatasi keterbatasan diri dan meraih tujuan ambisius mereka. Hal tersebut juga bisa berarti keberanian untuk mengembangkan sebuah ide atau inovasi baru yang dapat mengubah cara kerja atau pendekatan dalam suatu bidang tertentu.

  • Kritik Terhadap Moralitas di Kehidupan Bermasyarakat 

Nietzsche mengkritik moralitas tradisional terutama moralitas yang berbasis pada agama dan norma sosial karena menurut Nietzsche moralitas tersebut lebih banyak membatasi kebebasan dan potensi individu dalam mengembangkan diri, dengan menekankan nilai-nilai seperti kerendahan hati, pengorbanan diri, serta rasa bersalah.

Dalam masyarakat kontemporer, hal ini dapat dilihat dari berbagai contoh, biasanya dalam masyarakat modern seringkali kita menjumpai moralitas konsumtif di mana nilai-nilai seperti konsumi dan kesuksesan materi menjadi standar utama. Nietzsche akan mengkritik fenomena tersebut sebagai bentuk moralitas yang mengekang sebuah potensi sejati manusia, karena seseorang lebih fokus pada kepemilikan barang atau status sosial dibandingkan dengan pencapaian kreatif atau perkembangan diri yang sesungguhnya. Hal ini merupakan bentuk dari apa yang disebut Nietzsche sebagai moralitas budak, di mana individu mengikuti norma-norma eksternal yang membatasi kebebasan mereka untuk menciptakan makna kehidupan mereka sendiri.

  • Interaksi Antara Kedua Konsep Tersebut Dalam Kehidupan Sosial

Di dalam ruang lingkup politik, kita sering sekali melihat individu atau suatu kelompok yang menggunakan kehendak untuk berkuasa untuk menantang dan merombak struktur moral yang ada. Sebagai contoh, tokoh politik yang berusaha untuk mengubah sistem politik yang sudah mapan, atau partai politik yang menentang moralitas dominan masyarakat untuk mempromosikan kebijakan yang jauh lebih progresif. Politik identitas dan kebijakan-kebijakan progresif yang memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil atau minoritas adalah contoh bagaimana individu dan suatu kelompok menggunakan kehendak untuk berkuasa untuk mengubah norma moral menjadi tidak adil.

Pemikiran Nietzsche tentang kehendak untuk berkuasa dan kritik terhadap moralitas memberikan wawasan yang sangat penting tentang dinamika kekuasaan, penciptaan nilai dan kebebasan dalam masyarakat kontemporer. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering sekali melihat contoh di mana individu atau suatu kelompok mengatasi keterbatasan sosial, budaya, atau ekonomi dengan menciptakan nilai-nilai baru yang jauh lebih sesuai dengan kehendak mereka sendiri, sekaligus menantang moralitas yang ada. Nietzsche mengajak kita untuk mengakui potensi besar dalam diri kita untuk menciptakan serta menantang, dan untuk hidup dengan cara yang sejati, meskipun mungkin itu berseberangan dengan norma sosial yang ada di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun