Mohon tunggu...
Imelda yanti
Imelda yanti Mohon Tunggu... -

perawat profesional di RSUP Fatmawati, jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perawat Pintar VS Perawat Patuh

7 Januari 2013   11:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:24 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


PERAWAT PINTAR VS PERAWAT PATUH

Teringat seorang bos berkata :"saya tidak butuh perawat pintar..saya cuma butuh perawat yang patuh!"
Sebagai perawat yang patuh..aq cuma mengangguk sambil tersenyum
Sebagai perawat pintar..aq kan bilang:"wadduuh Bos..kalau perawatnya tidak pintar...angka komplain, mortalitas dan infeksi di RS pasti tinggi!"sambil tetap tersenyum.

Suatu hari seorang dokter marah-marah karena kemaren lupa visit coz susternya tidak mengingatkan via telpon..padahal suster sudah berusaha telpon..sayang hape mailvoice terus.
Perawat patuh akan berkata:"maaf dok, kami sudah berusaha..tapi hp dokter tidak aktif."
Perawat pintar berkata:"dokter...kami sudah telpon,tapi tidak aktif..kalau tidak percaya..saya bisa minta operator ngeprint no telpon yang keluar dari RS !"

Di hari lain, seorang dokter dengan nada agak tinggi berkata:"saya tidak suka ya kalau suster SMS-SMS saya!"
Perawat patuh berkata:"baik dok!"
Perawat pintar berkata,"Maaf dok..SMS saya bukan hanya untuk kepentingan pasien..tapi juga kepentingan saya sebagai bukti bahwa saya tidak menunda pemberian informasi pasien kepada dokter."

Hari lainnya...seorang dokter meminta untuk disiapkan obat kemoterapi yang akan diberikan pada pasien di kamar pasien (bukan di ruang kemoterapi). Eee..ternyata...sesampainya di kamar pasien..dokter meminta perawat yang memberikannya ke pasien .
Perawat patuh langsung mengerjakannya karena dipikir..tidak etis berdebat di kamar pasien
Perawat pintar, karena tahu efek dari obat kemoterapi meminta keluarga untuk tunggu di luar agar tidak terpapar melalui inhalasi...lalu meminta dokternya yang mengerjakan karena itu adalah tindakan yang belum didelegasikan secara tertulis.

Di suatu saat...keluarga pasien marah karena baby sitternya mengadu bahwa perawatnya berani menyuruhnya membantu memandikan.
Perawat patuh berkata,"terimakasih atas komplainnya, akan kami lanjutkan kepada atasan kami untuk ditindaklanjuti."
Perawat pintar berkata,"Mohon maaf ibu, setahu saya ibu menggaji baby sitter untuk merawat oma bukan?Nah bagaimana ibu bisa memastikan bahwa oma dirawat oleh orang yang kompeten?tentunya dengan menilai cara kerjanya melalui kami, kami akan melatih dia bagaimana cara memandikan, cara positioning..dan itu tidak bisa hanya dengan melihat..tapi harus dipraktekkan."

Ketika menjalani aplikasi di RS lain, saat itu konsulen sedang ronde dengan perawat setempat diikuti para peserta didik. selama ronde berlangsung...terjadi tanya jawab, perawat yang merangkap peserta didik terus ikut menjawab semua pertanyaan dengan benar. Namun pada pertanyaan selanjutnya...konsulen tersebut membentak:"Kamu diam..!kamu mahasiswa..!saya usir kamu!"
"ups..maaf dok!"jawab sang perawat
Perawat patuh langsung mundur ke barisan paling belakang...karena dia sadar ada di rumah orang..jadi kudu patuh!
Perawat pintar kan berkata," maaf dok, bila anda tidak berkenan..kenapa tidak di cut dari awal? saya pikir kami boleh menjawab!"

Fenomena di atas mungkin pernah anda alami..atau bahkan lebih dahsyat. Saya percaya banyak sekali keadaan yang membuat kita harus menentukan akankah kita menunjukkan kepatuhan atau kepintaran..
Patuh tidak salah..bahkan dalam budaya kita..inilah yang sangat diidamkan oleh tiap orangtua dan pemimpin...tapi kepatuhan yang kan membuat kita selalu bisa dikambing hitamkan..bahkan parahnya..sampai tertindas...NO WAY!
Pintar tidak selalu baik..kepintaran tanpa disertai attitude dan akhlak yang baik...tidak membuat kepintaran itu dihargai.

so..mungkin kita bisa jadi perawat patuh yang pintar...patuh terhadap peraturan yang berlaku...taat kepada pimpinan (ingat: Wa athi ULLAAHU war Rasuul wa ulil amri minkum)...namun secara asertif kita harus berani katakan TIDAK bila kepatuhan yang diminta tidak sesuai dengan hati nurani yang bahkan dapat mencederai diri dan pasien. Tunjukkan kepintaran kita dengancara yang santun agar mereka menghargai kita bukan hanya karena kepintaran, tapi karena akhlakul karimah. Selanjutnya..saya yakin bahwa pemimpin kita akan berkata: saya butuh perawat patuh yang pintar...



Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun