Kata "sibuk" dalam bahasa Jepang ditulis sebagai 忙しい, yang merupakan gabungan kanji kokoro 心 berarti hati, dan kanji nakusu 亡くす berarti kehilangan. Jadi "sibuk" adalah "kehilangan hati". Aku merasa orang yang menciptakan kanji itu kok hebat sekali ya..... Karena memang benar jika orang menjadi sibuk, seringkali kehilangan hati, perasaan misalnya dengan marah-marah dan membentak terus. Memang sibuk apa sih? Mungkin kalau pernah membaca tulisan-tulisan saya di masa yang sama tahun lalu bisa mengetahui bahwa ibu rumah tangga di Jepang sibuk sekali di bulan Desember, shiwasu 師走 nama asli bahasa Jepang kunonya. Kedua kanji itu berarti "pendeta Buddha berlari". Mana pernah kita melihat pendeta Buddha berlari? Setiap gerakan pendeta Buddha anggun dan penuh makna, jadi kalau dia sampai berlari berarti benar-benar sibuk. Osooji (membersihkan kuil/rumah besar-besar), mengirim oseibo (hadiah musim dingin pada orang tertentu), mempersiapkan nengajo (kartu tahun baru) yang harus dikumpulkan di kantor pos paling lambat tanggal 25 Desember (mulai tanggal 15 Desember, hari ini), jika kita mau agar kartu itu sampai tepat tanggal 1 Januari. Banyak juga yang bertanya, kok orang Jepang masih saja menulis kartu tahun baru dan mengirim lewat pos dijaman sms dan internet begini? Well, budaya menulis dan memberikan kabar lewat pos memang sudah menjadi tradisi di sini sejak berabad lalu, dan tidak akan hilang, meskipun tentu saja menyusut. Dulu saya pribadi menulis sekitar 100-150 kartu tahun baru, tapi sekarang paling-paling hanya 50 lembar. Kenapa menyusut? Karena dulu saya mengajar di banyak tempat dengan murid yang banyak, sehingga kalau murid mengirim, pasti kubalas. Sekarang hanya mengajar di universitas, dan mahasiswa tidak ada yang mengirim kartu tahun baru. Kartu tahun baru lebih untuk menjaga silaturahmi dan memang jumlah orang yang pasti setiap tahun mengirim = sahabat atau kolega cuma sedikit. Selain itu jumlah yang dikirim tiap tahun berbeda, apabila kita menerima mochuhagaki 喪中はがき, kartu pos pemberitahuan bahwa ada anggota keluarga yang meninggal, seperti yang pernah saya tulis di sini. Keluarga yang anggota keluarganya ada yang meninggal di tahun ini, diharapkan tidak merayakan tahun baru dengan meriah. Jadi mereka mengirim mochuhagaki kepada kerabat supaya tidak menerima nengajo (kartu tahun baru) tanggal 1 Januari nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H