Mohon tunggu...
Nur Halimatu Fajrin
Nur Halimatu Fajrin Mohon Tunggu... -

Run! then you'll get a free life.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Flexi Hour Sebagai Solusi Menghadapi Kemacetan

17 Februari 2014   04:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:45 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau bicara soal Jakarta, pasti kebanyakan dari kita langsung tertuju pada kemacetan. Yup, seperti monas, macet sepertinya juga sudah menjadi suatu simbol Jakarta. Ada yang bilang kalau mau hidup di Jakarta (daerah manapun) harus siap menghadapi kemacetan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan kemacetan di Jakarta. Seperti :


  1. Kendaraan

Seperti yang sudah kita sadari bahwa volume kendaraan di Jakarta sangat banyak sampai ada yang mengistilahkan seperti “cendol” karena saking banyaknya. Jenis kendaraan besar seperti mobil dan truk yang berlalu lalang di jalanan menjadi faktor yang memperparah kemacetan karena “body” nya yang besar langsung membuat jalan overload. Belum lagi jika ada mobil yang mogok atau parkir sembarangan di pinggir jalan yang membuat jalan menjadi “bottle neck” yang sangat mengganggu lalu lintas jalan. Penggunaan kendaraan pribadi oleh masyarakat Jakarta tidak dapat sepenuhnya disalahkan karena masih minimnya pelayanan transportasi umum. Misalnya seperti Busway dan kereta yang seharusnya dapat mengantar penumpangnya dengan cepat karena memiliki jalur sendiri, terkadang malah membuat penumpangnya terlambat karena armada yang kurang memadai. Seperti di “rush hour” jam berangkat dan pulang kantor, penumpang membludak di shelter ataupun stasiun kereta. Hal tersebut sangatlah tidak membuat nyaman para pengguna transportasi tersebut. Selain rawan kejahatan seperti copet, keselamatan jiwa pun terancam karena para penumpang yang saling berdesak-desakan.

2.Jalan

Infrastruktur yang kurang memadai seperti kurangnya ruang jalan akibat banyak hal seperti jalanan berlubang, jalur kereta api, jalur busway, banyaknya pedagang liar yang berjualan di pinggir jalan, dan hal lain membuat jalanan menjadi overload sehingga kemacetan pun tak bisa dihindari.

3.Manusia

Karakter dan perilaku manusia pun bisa menjadi suatu penyebab terjadinya kemacetan. Arogansi dan egoisme masyarakat pengguna jalan yang membuat para pengguna jalan saling menyerobot, menyalip tanpa memperdulikan keselamatan orang lain dapat menyebabkan kecelakaan yang pada akhirnya akan membuat macet jalanan.

Semua hal tersebut seharusnya dapat dicarikan solusi untuk mengatasinya. Karena pusat bisnis berada di Jakarta, terutama di daerah segitiga emas, membuat para pengguna jalan menumpuk di beberapa jalur pada jam-jam tertentu. Penerapan kebijakan flexi hour oleh perusahaan yang ada di Jakarta terhadap karyawannya bisa menjadi sebuah solusi. Flexi hour adalah kebebasan karyawan untuk datang ke kantor pada jam berapapun namun harus memenuhi syarat lamanya jam yang harus dihabiskan di kantor. Hal ini dapat memudahkan karyawan untuk menghindari kemacetan. Sehingga karyawan dapat berangkat ke kantor dengan santai dan terhindar dari stress akibat berburu dengan waktu dan kemacetan. Ini juga secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja si karyawan dalam perusahaan menjadi lebih baik.

Kebijakan flexi hour ini telah diterapkan dalam perusahaan Danone. Kebijakan yang telah menjadi perdebatan perusahaan di dunia ini, diambil dengan berani oleh perusahaan Danone. Dan hal ini memang sangat menguntungkan karyawan serta perusahaan. Karyawan merasa senang, nyaman, dan tenang dalam bekerja. Dan perusahaan pun mendapat kinerja terbaik dari karyawannya. Banyak hal menari lainnya yang ada di Danone. Mau tau? Yuk ikutin di www.Dancommunity.com atau @DancommunityID

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun