Mohon tunggu...
Siti Masriyah Ambara
Siti Masriyah Ambara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemimpi dengan banyak keterbatasan

Perempuan pekerja lepas yang mencintai Indonesia dengan segala dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Garasi atau Mobil Dulu?

12 Juli 2016   08:34 Diperbarui: 12 Juli 2016   08:45 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menghabiskan setengah badan jalan :("][/caption]Sebenarnya ini pertanyaan basa-basi, sih. Jawabannya pun tidak memerlukan analisis seperti menjawab pertanyaan, " ayam atau telur yang lebih dulu ada". Tapi, saya bingung kok ya masih banyak orang yang jawabannya salah. Lihat saja, betapa banyaknya mobil yang berharga ratusan juta rupiah teronggok manis di pinggir jalan, bukan di tempat yang seharusnya, di dalam garasi. Gemes banget rasanya ketika melihat deretan mobil yang pemiliknya dengan sukacita memarkir mobil di lahan yang seharusnya menjadi fasilitas publik. Kok ya ndak mikir kalau jalan umum itu bukan milik nenek moyangnya. Padahal nenek moyang kita kan seorang pelaut, lho jadi ga nyambung.

Fenomena memanfaatkan badan jalan sebagai ruang parkir ini semakin meluas, hingga ke dalam jalan perumahan pun aneka rupa mobil menghiasi jalan yang seharusnya menjadi area mobilitas warga. Tidak heran, kemacetan yang biasanya terlihat di jalan raya pun sering kali pindah ke dalam jalan perkampungan. Tidak lain tidak bukan ini ulah dari pemilik mobil yang dengan seenaknya mengubah jalanan menjadi garasi pribadinya sehingga membuat arus mobilitas kendaraan dan pejalan kaki menjadi terhambat, karena harus mencari celah di sela deretan mobil yang terparkir. Bahkan, yang lebih mengesalkan, sepertinya ini sudah jadi pemandangan umum, tega-teganya menggunakan sistem zig zag alias memarkir mobil di sisi kanan dan kiri jalan. Ya ampun, duh Gusti kok manusia-manusia egois yang hanya memikirkan kepentingannya semakin berkembang biak jumlahnya.

Sulit rasanya meminta para pemilik mobil yang menganggap jalanan adalah garasinya untuk sadar, setidaknya ini yang ada di kepala saya. Sesulit menemukan cendol di tengah padang pasir. Lagi-lagi ini berakar dari ketidakmauan pembuat kebijakan untuk menjalankan kebijakan yang telah diputuskan. Padahal, jelas-jelas tertera dalam Pasal 140  Perda No. 5 tahun 2014 tentang Transportasi bahwa orang atau badan usaha harus memiliki garasi ketika membeli kendaraan, khususnya kendaraan roda empat. Tapi seperti halnya peraturan lain di negeri ini, seringkali penerapannya melempem, jauh panggang dari api. Sekadar dibuat tanpa ada niat menjalankan. Sungguh disayangkan. Padahal tujuan penerapan aturan kewajiban menyiapkan garasi sebagai tempat nongkrong kendaraan yang akan dibeli erat kaitannya dengan upaya memperkecil tingkat kemacetan di DKI Jakarta ini. Kemacetan yang sering dikeluhkan oleh banyak orang, tapi ketika muncul aturan yang bertujuan memperkecilnya seringkali juga menimbulkan kecaman. Aneh kan??

Bagi saya, aturan ini seharusnya layak diterapkan secara ketat untuk membatasi jumlah kendaraan pribadi yang merupakan salah satu penyebab dahsyatnya kemacetan di ibukota. Sudah ada banyak kajian dan usulan yang diberikan para ahli dibidang transportasi untuk memecahkan ruwetnya persoalan macet ini. Tahun berganti, sepertinya ujung pangkal belum juga bisa dicari. Atau memang tidak mau mencari dan menemukan. 

Saya sudah teramat jenuh ketika tiap kali membuka pintu pagar, yang terpampang adalah deretan mobil yang membuat antrian panjang kendaraan lain yang ingin keluar masuk jalan perumahan di kampung saya ini. Kejenuhan saya sepertinya masih harus saya tahan ketika saya membaca berita bahwa Gubernur tercinta, Pak Ahok, memutuskan menolak aturan soal pemilik mobil wajib punya garasi seperti diinfokan di link berikut.

Ah, sepertinya di negeri ini pertanyaan "garasi atau mobil dulu" adalah pertanyaan yang jawabannya tergantung siapa pemimpinnya. Marilah kita nikmati macet di segala penjuru tempat tinggal kita, dimulai dari depan jalan rumah sendiri. 

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun