Mohon tunggu...
Siti Masriyah Ambara
Siti Masriyah Ambara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemimpi dengan banyak keterbatasan

Perempuan pekerja lepas yang mencintai Indonesia dengan segala dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krisis Covid-19 dan Panggung Baru untuk Selebritis

3 April 2020   14:51 Diperbarui: 3 April 2020   14:55 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selebriti atau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang terkenal, biasanya istilah itu disematkan kepada para artis. Dalam krisis covid-19 ini mereka ramai-ramai menyerukan gerakan diam di rumah. Beragam aktivitas saat diam di rumah pun ditampilkan di media sosial  mereka. Mengajak orang-orang atau pengikutnya mengikuti jejak mereka untuk diam di rumah, menaati himbauan pemerintah untuk menekan penyebaran virus.

Seruan itu disampaikan ke para followernya atau pengikutnya yang saya yakin sebagian besar bukan dari kalangan ekonomi berada. Mereka menggambarkan seolah-olah mereka, orang kaya dan popular itu, posisinya sama. Padahal, jujur saya, buat saya tidak.

Ketimpangan situasi  dan kondisi si kaya dan si miskin dalam pandemi ini justru semakin jelas terlihat.

Para artis memamerkan kegiatannya dari rumahnya yang megah, mewah dengan segenap fasilitas yang mempermudah hidupnya. Ada yang memajang foto lesehan di Kasur empuknya, yoga di ruang tamunya yang super mewah, atau di beranda rumahnya yang sangat wah. Saat media tidak meliput kegiatannya di dunia selebritas, mereka ramai-ramai mencitrakan diri sebagai bagian dari komunitas yang saat ini ada dalam kondisi sama karena pandemi. Citra yang sungguh palsu.

Bagaimana tidak palsu? Apakah mereka harus memikirkan akan makan apa bulan depan jika kondisi memburuk? Apakah mereka seperti jutaan masyarakat Indonesia lainnya saat ini yang harus putar otak bagaimana bayar cicilan motor, tagihan listrik? Rasanya tidak. Tabungan mereka yang berdigit-digit jumlahnya tidak akan membuat mereka kelimpungan memenuhi kebutuhan pokok.

Tulisan ini bukan memojokkan para artis yang memang sah-sah saja mempublikasi apapun di akun sosial mereka. Hanya saja memang budaya menempatkan artis sebagai rujukan bagaimana menghadapi Covid-19  ini sungguh menggelikan. Belum lagi jika melihat para selebritis di Korea Selatan yang merogoh koceknya sendiri untuk membantu negaranya melawan Covid-19. Bahkan ada salah satu selebritas yang dikecam karena memberikan terlalu sedikit, hingga akhirnya yang bersangkutan menambah jumlah donasinya.

Di Indonesia, alih-alih merogoh koceknya sendiri untuk membantu, para selebriti ini sibuk menggalang dana publik di platform donasi online. Ini tambah menggelikan untuk saya.  Publik yang menyumbang, mereka yang akan dapat panggung. Ini bukan hanya dilakukan oleh selebriti Indonesia, Pharrel William seorang rapper Amerika pun mendapat kritikan pedas ketika meminta para pengikutnya di twitter untuk berdonasi. "Kamu memiliki kekayaan lebih dari 150 juta dollar Amerika, kenapa kamu tidak mendonasikan uangmu?" itu kritikan yang banyak disampaikan.

Tidak salah memang menjual citra diri untuk menggalang dana publik, tapi mereka tidak akan miskin mengeluarkan uang dari kantong sendiri.

Oh, dan tolong jangan mengatakan, "mungkin mereka sudah mengeluarkan donasi pribadi tanpa diketahui". Selebritis itu mendapat penghasilan karena ada publikasi. Semakin mereka tersorot melakukan sesuatu, kebaikan apalagi, makin popular mereka. Jadi, kecil kemungkinan mereka donasi diam-diam.

Jadi, jangan jadikan krisis Covid-19 ini panggung baru untuk selebritis. Tanpa selebritis kehidupan akan terus berjalan, kok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun