Jojo atau Jonatan Christie sedang naik daun. Linimasa saya di penuhi berita seputar gaya selebrasi pebulutangkis andalan Indonesia di Asian Games 2018 ini. Gayanya usai bertanding dengan membuka bajunya mengundang histeria massa, terutama para perempuan. Tagar #jojobukabaju bahkan jadi trending, coba lihat disini https://twitter.com/hashtag/jojobukabaju?src=hash. Luar biasa daya pesona fisiknya. Terlihat dari riuhnya komentar yang sebagian besar hanya fokus pada fisiknya yang menarik. Tidak jarang komentar itu bernada seksual.
Debat pun bermunculan seputar hysteria terhadap penampilan fisik pebulutangkis muda ini. Ada yang bilang semata hiburan. Ada pula yang merujuk pada konsep pelecehan. Sulit memang memilah mana yang masuk ranah pelecehan mana yang hanya sekedar ungkapan kekaguman. Karena hanya Jonatan sendiri yang mampu menjawabnya. Karena secara sederhana, tindakan pelecehan terjadi jika ada upaya mengintimidasi, mendominasi atau memanipulasi. Apakah Jojo merasa direndahkan oleh tagar yang bernada seksual itu? Atau justru merasa bangga?.
Catcalling dan Pelecehan terhadap laki-laki
Bagi saya, tagar #jojobukabaju itu sejenis dengan catcalling terhadap perempuan. Catcalling ini bukan spesies atau panggilan untuk kucing, lho. Definisinya secara singkat catcalling adalah siulan , panggilan atau komentar bersifat seksual terhadap wanita yang lewat.
"Hai cewek, mau kemana? Mau dianterin ga?"
"Haloo manis, kok sendirian aja?"
Pernah dengar kalimat itu atau justru ada yang pernah mengalaminya langsung?. Itulah yang disebut catcalling. Sama seperti halnya dengan tagar #jojobukabaju, sebagian orang merasa komentar macam itu adalah pujian atau keisengan semata. Bahkan, jika perempuan yang mengalami itu mengeluh ada yang merespon kalau keluhan itu berlebihan. Para korban catcalling ini sulit untuk bereaksi karena memang secara umum masyarakat menganggapnya sebagai hal yang biasa. Bahkan, kasus ini sulit diproses secara hukum meski korbannya merasa tidak nyaman atau tidak aman. Meski saat ini gerakan melawan catcalling terhadap perempuan makin gencar karena kesadaran terhadap kesetaraan antara perempuan dan laki-laki.
![sumber : https://www.yourtango.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/08/29/catcalling-5b86ac0212ae9433870944b2.png?t=o&v=770)
Kita memang tidak bisa mengetahui respon sebenarnya dari Jojo terhadap tagar #jojobukabaju, karena itu sangat personal sifatnya.Â
Bisa saja dia tidak nyaman tapi tidak mau menunjukkan secara eksplisit karena khawatir dianggap berlebihan. Bisa saja dia merasa tersanjung. Karena memang tidak mudah bagi laki-laki korban pelecehan seksual untuk bersuara.
Masyarakat tidak akan percaya karena selama ini mereka diposisikan sebagai pihak yang dominan. Masyarakat akan menertawakan jika ada lelaki yang berani mengacungkan jari sebagai korban pelecehan. Karena selama ini mereka ditempatkan sebagai pihak yang berkuasa. Padahal, laki-laki dan perempuan sama-sama bisa menjadi korban pelecehan. Mereka sama-sama punya hak untuk mengungkapkan ekspresi ketidaknyamanan terhadap satu situasi.