Antar Anak Sekolah di Hari Pertama, Masih Penting?

Penting banget kalau untuk saya. Meski saya bagian dari arus keluarga muda yang keduanya bekerja, saya juga bagian dari orang-orang yang mendukung gerakan antar anak ke sekolah di hari pertama. 

Bagi saya, kehadiran orang tua atau salah satu perwakilannya ke sekolah anak di hari pertamanya akan memberikan suntikan semangat dan rasa percaya diri untuk menghadapi lingkungan baru. Pertemuan dengan orang-orang baru, melihat suasana baru tentu tidak mudah untuk sebagian anak. Rasa canggung dan malu-malu mungkin masih hinggap dalam diri sebagian anak, terutama yang masih berusia dibawah 15 tahun.

Anak saya sendiri tahun ini memasuki jenjang Taman Kanak-Kanak. Dia semangat sekali menyiapkan hal-hal yang akan dia bawa esok pagi, ketika memasuki gerbang sekolahnya. Anak saya bukan seorang pemalu, dia sepertinya mewarisi sifat saya yang senang bertemu dengan orang baru, namun tetap saja momen pertama membuatnya sedikit gugup. 

Dia wanti-wanti berpesan pada saya, “pokoknya Bunda harus temenin kakak, ya, tungguin loh sampai selesai”. Itu untuk ukuran anak saya yang supel, saya membayangkan anak-anak lain yang mungkin tidak sesupel anak saya. Mereka pastinya membutuhkan ada orang terdekatnya, entah ibu, ayah, nenek, kakek atau siapapun yang dekat dengannya untuk ada di sisinya di hari pertama dia sekolah untuk meyakinkan bahwa dirinya akan baik-baik saja.

Tonggak Penting dalam Perjalanan Hidup

Sebagai manusia, kita pasti memiliki banyak masa-masa penting yang menandai perjalanan hidup kita sejak kita dilahirkan ke dunia. Salah satu tonggak penting yang akan membantu pembentukan karakter adalah hari pertama sekolah. Kegembiraan memasuki sekolah di hari pertama, berkenalan dengan orang tua kedua yakni para guru di sekolah serta teman-teman sebaya yang akan jadi teman bermainnya, tentu akan menjadi memori manis yang dikenang oleh anak-anak ketika beranjak dewasa. 

Hal ini, sekaligus dapat membantu dia memahami bahwa sekolah bukan sekedar tempat dia menjalani rutinitas harian melainkan rumah keduanya. Rumah tempat dia mendapat bimbingan selain dari yang didapat dari orang tua sebagai sumber ilmu pertama. Anak juga akan menemukan arti persahabatan selain tetap bersandar pada orang tua sebagai sahabat terbaiknya. Kesenangan memasuki sekolah di hari pertama ini yang akan membantu dia menjalani hari-hari yang lebih bersemangat, karena dia melihat sekolah bukan tempat membosankan tapi taman bermain yang menyenangkan.

kehadiran orang membantu anak untuk merasa nyaman (sumber : www.dreamstime.com)

Kehadiran orang tua, yang menemaninya memasuki gerbang sekolah, mengantarkan dan menitipkannya kepada orang tua kedua (baca : para guru), melihatnya perlahan berkenalan dengan teman-temannya adalah hal yang bagi saya akan membantunya merekam memori bahwa rumah keduanya sama nyamannya dengan rumah tempat dia tinggal. 

Dan, pastinya saya ingin jadi bagian dalam tonggak penting kehidupan anak saya. Melihatnya berinteraksi di hari pertama dengan guru dan teman-temannya akan membantu saya memahami bagaimana mendampingi anak saya di hari-hari selanjutnya sekaligus menjadi bahan obrolan saya dengan anak saya setelah sekolah hari pertama usai untuk memahami apa yang dirasakannya saat pertama hadir di sekolah.

Mengenal Orang Tua Kedua

Saya masih ingat, semasa sekolah almarhumah Ibu saya sering berbincang dengan wali kelas setelah kelas usai. Ternyata, itu adalah momen yang digunakan Ibu untuk bertanya perkembangan akademis dan non akademis saya. Beliau datang ke sekolah karena memang waktu itu tidak ada alat komunikasi seperti telepon rumah atau telepon genggam seperti sekarang yang memudahkan komunikasi antar manusia. Ibu saya mempercayakan penuh para guru di sekolah untuk mendidik saya, memberikan ilmu dan pengetahuan baru agar saya menjadi manusia yang berguna ketika saya beranjak dewasa.

pentingnya komunikasi dengan guru (sumber : www.whattoexpect.com)

Ini pula yang akan saya lakukan. Tentunya saya akan SKSD alias sok kenal sok dekat dengan para guru di sekolah anak saya karena mereka lah yang akan membimbing anak saya. Mereka lah yang menjadi pengganti saya ketika jam sekolah berlangsung. Jika saya tidak mengenal mereka, bagaimana saya bisa yakin bahwa saya meninggalkan anak saya di tangan yang tepat. 

Mengenal mereka, berbincang secara personal dengan mereka akan membantu saya menerima informasi yang berguna untuk proses pendampingan anak saya dirumah. Mereka, para guru, yang akan menjadi perpanjangan seluruh panca indera saya di sekolah. Mereka yang akan mendampingi, menyayangi, memberikan yang terbaik untuk perkembangan akademis maupun non akademis anak saya.

harapan pada guru di sekolah (www.fun-in-first.blogspot.com)

Berdamai dengan Rasa Khawatir

Menyadari bahwa anak saya bukan lagi balita yang imut dan menggemaskan adalah hal yang menakjubkan sekaligus mengkhawatirkan. Bayi mungil itu telah tumbuh menjadi seorang anak manis yang siap menjalani hari-hari barunya di sekolah. Bayi yang saya jaga sepenuh hati agar mendapatkan segala yang terbaik dirumah kini harus mulai membiasakan diri untuk menjalani kehidupan baru sebagai murid sebuah sekolah. 

Memiliki rumah kedua yang saya tidak tahu apakah akan memberinya rasa aman dan nyaman seperti yang kami, orangtuanya, berikan di rumah. Tapi, hidup adalah proses yang harus dijalani. Saya harus berdamai dengan rasa khawatir dalam hati. Karena saya tahu, seorang anak adalah mahluk kecil yang memiliki sensitifitas tinggi. Dia pasti akan merasakan pantulan kecemasan saya saat melepasnya untuk bersekolah di hari pertamanya, esok pagi. Saya tidak ingin kecemasan dan kekhawatiran saya ini dirasakan oleh anak saya, yang pastinya akan membuat dia jadi tidak percaya diri juga.

Saya harus percaya bahwa sekolah yang telah saya dan anak saya pilih untuk menjadi rumah keduanya adalah tempat terbaik dengan para guru yang terbaik yang akan membantunya tumbuh berkembang dengan baik. Tempat yang juga akan memberikan kenangan masa kecil yang indah dan membuatnya memahami bahwa hidupnya dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya.

Melepas dengan Doa

Esok pagi adalah hari istimewa untuk anak saya. Saya ingin menyiapkan segala sesuatunya yang bisa mendukung anak saya untuk berangkat sekolah dengan rasa riang. Tidak hanya perlengkapan sekolah yang sudah kami siapkan bersama, berbincang bersama untuk memahami apa yang dia rasakan ketika besok harus memulai hari barunya juga telah kami lakukan. Obrolan bersama anak inilah yang menjadi poin dalam tulisan ini.

pelukan yang melegakan anak (sumber : www.usatoday.com)

Saya ingin melepasnya dengan senyuman dan pelukan hangat, sebelum menyerahkannya pada para guru agar dia yakin bahwa orang-orang di lingkungan barunya akan selalu memberikan perlindungan dan kasih sayang di saat orang tuanya tidak berada di dekatnya.

Saya ingin melepasnya dengan doa yang saya harap terdengar hingga ke Langit tempat Dia berada agar selalu melindunginya dari segala marabahaya yang mungkin timbul. Saya menyerahkan anak saya ke tangan-Nya, karena Dia-lah yang Maha Pelindung. Saya telah berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik, mencari tempat pendidikan terbaik yang sesuai dengan kemampuan saya, selebihnya saya serahkan kepada Yang Maha Kuasa untuk memberikan perlindungan melalui tangan para guru di sekolah barunya.

Dan, saya ingin anak saya memaknai lagu Pergi Belajar ciptaan Ibu Sud dengan sepenuh hatinya. Lagu yang sungguh merefleksikan apa yang saya harapkan untuk dipahami dan dijalani anak saya ketika dia sekolah.

“Selamat belajar Nak penuh semangat.

“Rajinlah selalu tentu kau dapat”

“Hormati gurumu sayangi teman”

“Itulah tandanya kau murid budiman”