Keluarga masa kini diperhadapkan dengan berbagai tantangan dan masalah. Uniknya itu bukan hanya terjadi di kalangan keluarga miskin, namun juga keluarga kaya hingga para selebritipun tidak lepas dari masalah ini. Keluarga miskin menghadapi banyak masalah yang menyangkut kebutuhan hidup. Keluarga kaya tidak kalah serunya dengan masalah harta dan kedudukan. Di kalangan selebriti juga tidak lepas dari masalah nama, karir, kebebasan, hak dan sebagainya. Kalau demikian nampaknya perlu dikaji ulang impian keluarga miskin yang membayangkan bahwa mereka akan terlepas dari masalah jika memiliki kedudukan dan banyak harta. Ternyata keluarga kaya dan para selebriti yang memiliki hal-hal tersebut tidak lepas dari masalah keluarga. Yang menyedihkan adalah ternyata hingga akhir tahun 2008, angka perceraian di Indonesia terjadi hampir setiap dua menit. Angka itu terus bertambah. Ironisnya, angka ini meningkat pesat justru setelah zaman yang diagungkan sebagai zaman reformasi. Pernikahan yang dilakukan pada zaman Siti Nurbaya, tanpa mengenal calon pasangannya, namun angka perceraian tidak sebanyak zaman sekarang dimana menikah selalu berdasarkan cinta atau suka sama suka. Cinta tetap dibutuhkan untuk memulai sebuah rumah tangga namun tidak cukup kuat dijadikan sebagai dasar untuk melanjutkan dan mempertahankan sebuah rumah tangga. Cinta sewaktu-waktu bisa redup bila hati disakiti.
Masalah keluarga terjadi sejak keluarga pertama ada di dunia ini, yaitu Adam dan Hawa. Kejatuhan manusia kedalam dosa, membuat masing-masing tidak ingin disalahkan dan selalu menunjuk pihak lain yang salah. Adam menunjuk Hawa sebagai penyebab kejatuhan, sedangkan Hawa menunjuk ular sebagai biang keladinya. Akhirnya bisa-bisa Tuhan yang menciptakan manusia yang disalahkan.
Sebenarnya Allah telah memberikan cara bagaimana suami istri dapat menyelesaikan setiap perbedaan yang ada karena pada dasarnya memang tidak ada seorangpun memiliki karakter yang sama. Suami dan istri memiliki latar belakang keluarga dan pengalaman yang berbeda dan secara tidak langsung membentuk karakternya selama bertahun-tahun. Karena itu, Allah memberikan sebuah arahan tentang peran dan tanggung jawab sebagai suami maupun istri. Peran dan tanggung jawab itu seringkali diartikan sebagai perintah yang memberatkan, padahal itu semua adalah kebutuhan yang diinginkan setiap pasangan.
Istri tunduk kepada suami
Perintah ini diberikan bukan untuk merendahkan posisi istri dan juga bukan senjata suami agar menundukkan istrinya. Ini diberikan kepada istri agar dengan kerelaan seorang istri menundukkan dirinya di bawah kepemimpinan suami. Hal ini sebenarnya juga untuk kebutuhkan batin seorang wanita yang merasa nyaman ketika bawah kepemimpinan dan perlindungan seorang laki-laki. Kekerasan dalam rumah tangga yang akhir-akhir ini terjadi disamping disebabkan oleh karakter suami yang perlu berubah, namun juga karena adanya sikap istri yang tidak menempatkan dirinya sehingga juga menjadi pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Seorang istri harus belajar melihat perintah ini sebagai kebutuhan yang melengkapi dirinya. Jangan melihat ini sebagai perintah yang merugikan atau merendahkan harga diri seorang wanita. Pergumulan seringkali muncul ketika para istri mengadu bahwa suaminya tidak lagi taat kepada Tuhan. Rasul Petrus memberikan nasihat yang tepat menghadapi suami yang tidak taat kepada Tuhan. Istri dapat menolong suaminya untuk kembali taat kepada Tuhan melalui tindakan ketaatan istri, bukan dengan perkataan.
Hai suami, kasihilah istrimu
Sama seperti sebelumnya, perintah ini juga bukan untuk seorang istri menuntut haknya mendapatkan kasih dari suami. Perintah ini adalah untuk suami dan juga demi kebutuhan suami sendiri. Allah yang menciptakan seorang laki-laki sangat mengerti karakter dan jiwa seorang laki-laki, sehingga Dia tidak pernah salah menempatkan suami sebagai kepala rumah tangga dengan tanggung jawab mengasihi istri.
Laki-laki cenderung bangga jika dapat memimpin atau mengayomi. Kerelaan istri untuk tunduk kepada suami akan muncul dengan sendirinya apabila seorang istri merasa dikasihi oleh suaminya.
Kesimpulan
Seorang istri akan merasa nyaman jika merasa dilindungi atau diayomi oleh suaminya. Inilah kebutuhan seorang wanita. Namun tuntutan kebutuhan nyaman itu sebenarnya akan tercapai bukan dengan cara tuntutan, tetapi melalui tindakan kerelaan istri untuk taat kepada suami. Demikian pula seorang suami akan merasa harga dirinya terangkat jika melihat istrinya tunduk kepada dia. Ini kebutuhan seorang laki-laki. Namun untuk menghasilkan istri yang tunduk, bukanlah dengan tuntutan atau kekerasan, melainkan tindakan suami yang mengasihi istrinya.Untuk mendapatkan situasi itu, maka baik suami dan istri dituntut untuk saling merendahkan diri.
Membayar "emas kawin" memang mudah, tapi mempertahankan sampai "kawin emas" harus ada komitmen dari kedua belah pihak
Semoga bermanfaat untuk melanggengkan kehidupan rumah tangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H