Diawali dengan keinginan kuat teman-teman kantor untuk mendapat liburan singkat, mereka pun sepakat untuk  pergi lampung. Lampung adalah salah satu alternatif terdekat masyarakat Palembang untuk berlibur.
Selain faktor Palembang yang minim wisata alam, di Palembang pada Maret lalu, banyak sekali pembangunan yang menyebabkan macet di mana-mana. Lantaran penat yang luar biasa itulah, membuat kami memutuskan untuk berpakansi ke pantai.
Salah satu teman menyarankan untuk mencoba bagian lain dari Lampung yaitu Pesisir Barat. Pesisir Barat Lampung memang kurang populer, maklum bagian Pesisir Barat ini sudah dekat sekali dengan Bengkulu. Jika titik berangkat kamu dari Bandar Lampung, total jarak yang harus dilalui sekitar 250 km, Â ditempuh selama 6 jam menggunakan jalur darat.Â
Ketika tiba, kami lumayan kaget dengan banyaknya wisatawan asing di Krui. Setelah bertanya kepada salah satu pedagang kelapa yang jualan di pinggiran pantai ternyata Krui adalah destinasi tempat wisata untuk berburu ombak.
Menurut wisatawan asing, pecahan ombak di sepanjang Pantai Krui sangat cocok untuk berselancar. Pantai krui juga masih sangat eksklusif dibandingkan pantai-pantai terkenal yg lain.
Menurut mereka satu ombak di sini, tidak diperebutkan banyak orang. Hal inilah yang membuat para pemburu ombak merasa nyaman untuk berselancar. Krui memiliki banyak sekali spot selancar yang belum terjamah.
Dikarenakan banyaknya spot untuk berselancar, sempat terlintas untuk mencoba olahraga ini, tapi saya pun mengurunkan niat, karena keahlian saya cuma bisa berselancar di sosial media bukan di lautan lepas.Â
Menurut saya, untuk menyebrang dibutuhkan sekali keberanian. Bukan tanpa alasan, sebab dengan keadaan ombak Pesisir Barat Krui yang luar biasa tinggi, ditambah tidak semua kapal nelayan menyediakan life jacket, membuat kami selalu overthinking selama di atas perahu. Pakaian dan barang bawaan yang basah sudah pasti akan kalian lalui selama perjalanan.
Untuk informasi, tarif menyeberang ke sana bermacam-macam, total rombongan kami dalam satu perahu sekitar 12 orang termasuk nelayannya. Ini menurut saya pilihan yang sangat ekonomis, biasanya para nelayan mengenakan tarif individu apabila ingin menyebrang.Â
Sebelum kapal kami mencapai daratan di Pulau Pisang, dari kejauhan sudah tersaji pemandangan dengan nuansa tropical sekali. Pohon kelapa yang melengkung, menurut saya identik sekali dengan Kepulauan Hawaii. Seketika juga semua rasa nestapa dan kepenatan hilang. Memang instan sekali bukan? Tapi percayalah, keindahan Pesisir Barat inilah yang bakal membius kalian juga.