Kebudayaan jawa secara luas masih banyak dipraktekkan oleh sebagian orang. Salah satu kebudayaan yang diminati masyarakat adalah kebudayaan sastra dan tembang. Kidung atau lagu jawa ini merupakan sastra lisan yang mengandung puisi suci yang berbentuk puisi atau lebih dikenal dengan istilah mantra.
Salah satu kidung yang masih dikenal adala Kidung Rumekso ing Wengi. Kidung ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga dengan pupuh dhandhanggula. Kidung ini digunakan sebagai wujud doa kepada Yang Maha Kuasa yang dinyanyikan pada malam hari. Permohonan doa yang terkandung dalam kidung ini menggambarkan suri teladan dari agama islam dan ajaran filosofis teologis
Kidung Rumekso Ing Wengi diciptakan sebelum banyak orang jawa banyak yang masuk agama Islam. Sunan Kalijaga merasa perlu adanya akulturasi budaya untuk memudahkan tersebarnya ajaran islam dan kebenaran hidup kepada masyarakat Jawa. Pada waktu itu masyarakat jawa masih menganut animisme dan dinamisme. Melalui kidung ini memunculkan sebuah peluang ajaran islam tanpa meninggalkan budaya masyarakat jawa saat itu yaitu kejawen.
Walaupun kidung ini diciptakan untuk masyarakat jawa tempo dulu, tetapi sampai saat ini masih terdapat orang yang mengamalkan ajaran kidung Rumekso Ing Wengi ini khususnya orang yang memahami konsep kidung ini. Kidung ini masih dilantunkan oleh Kiyayi yang menganut ajaran islam kejawen seperti pada acara upacara pernikahan, khitanan, puputan bayi, dan ruwatan.
Lagu ini juga disebut sarira ayu yang sejatinya dilantunkan pukul 00.00 atau 01.00 malam. Konon, ketika lagu ini dilantunkan akan disaksikan maka akan disaksikan oleh bidadari, malaikat, dan para nabi yang menyatu dalam setiap diri manusia. Selain itu kidung ini dipercaya dapat mendatangkan kekuatan magis dan sugestif untuk perlindungan dan penyembuhan. pemahaman mengenai kidung dapat diaplikasikan sebagai konsepsi untuk mawas diri, mengoreksi diri sendiri, merenung dan kontemplasi di waktu malam. Kidung ini juga dapat dikaitkan dengan intertekstualitas terhadap surat Al Falaq ayat 1-5.
Lirik dan Terjemahan
Kidung Rumekso Ing Wengi
Ana kidung rumekso ing wengi (ada Lagu dibuat di malam hari),
Teguh hayu luputa, ing lara (semoga semua aman, luput dari segala penyakit),
luputa bilahi kabeh (terbebas dari segala petaka),
jin setan datan purun (jin dan setan pun tidak mau),
paneluhan tan ana wani (segala jenis sihir tidak berani),
miwah panggawe ala, gunaning wong luput (apalagi perbuatan jahat, Guna guna tersingkir),
geni atemahan tirta (api menjadi air),
maling adoh, tan ana ngarah ing mami (pencuri pun menjauh, tidak ada menuju diriku),
guna duduk pan sirno (segala bahaya akan lenyap),
Sakehing lara pan samya bali (semua penyakit pulang ke tempat asalnya),
Sakeh ngama pan sami mirunda (semua hama menyingkir),
Welas asih pandulune (semua melihatku dengan penuh kasih),
Sakehing braja luput (semua senjata tidak mengena),
Kadi kapuk tibaning wesi (bagaikan kapas jatuh di besi),
Sakehing wisa tawa (segenap racun menjadi tawar),
Sato galak tutut (binatang buas menjadi jinak),
Kayu aeng, lemah sangar (pohon angker, tanah gersang),
Songing landhak, guwaning mong lemah miring (bulu landak, gua di tebing miring),
Myang pakiponing merak (makupun si sarang merak),
Pagupakaning warak sakalir (kubangan bedak dan sebangsa dengannya),
Nadyan arka myang segara asat (meskipun terik matahari dan laut mengering),
Temahan rahayu kabeh (semua segera menjadi nyaman),
Apan sarira ayu, Ingideran kang widadari (dan membaagiakan, bak diiringi bidadari),
Rineksa malaekat, Lan sagung pra rasul (dijaga malaikat, dan segenap para Rasul),
Pan dadi sariro tunggal (semua bak menunggal sejiwa),
Ati Adam, utekku baginda Eseth (perasaanku Nabi Adam, pemikiranku baginda Nabi Seth),
Pangucapku ya Musa (pengucapanu adala Nabi Musa),
Napasku nabi Ngisa linuwih (nafasku Nabi Isa yang mulia),
Nabi Yakup pamiryarsaningwang (Nabi Yakub penampilanku),
Yusuf ing rupaku mangke (Nabi Yusuf rupa diriku),
Dawud suwaraku mangke (Nabi Daud suaraku),
Hyang Sleman kasekten mami (Nabi Sulaiman kesaktian diriku),
Ibrahim nyawaningwang (Nabi Ibrahim nyawaku),
Edris ing rambutku (Nabi Idris sebagai rambutku),
Baginda Ali kulitingwang (baginda Ali sebagai kulitku),
Abu Bakar getih, daging Ngumar singgih (Abu Bakar darahku, dagingku Umar yang hebat),
Balung baginda Ngusman (tulangku Baginda Usaman),
Sumsumingsun Patimah linuwih (sumsumku Fatimah yang mulia),
Siti aminah bayuning angga (Siti Aminah kekuatan tubuhku),
Ayup ing ususku mangke (Nabi Ayub di ususku),
Nabi Nuh ing jejantung (Nabi Nuh di jantungku),
Nabi Yunus ing otot mami (Nabi Yunus di dalam ototku),
Netraku ya Muhammad (mataku Nabi Muhammad),
Pamuluku Rasul, Pinayungan Adam Sarah (penglihatanku bak Rasul, di teduhi oleh Nabi Adam dan Siti Sarah),
Sampun pepak sakathahe para nabi (sudah lengkap semua para Nabi),
Dadya sarira tunggal (bersatu dalam jiwaku).
Makna Kidung Rumekso Ing Wengi
1. Sebagai Doa Menolak Keburukan
Secara jelas kidung ini penuh dengan lirik lirik yang berisikan doa doa atau mantra yang mengharapkan berbagai kebajikan dan kebaikan. Dalam kidung ini terdapat banyak doa doa yang terselip baik secara implisit maupun eksplisit. Doa tersebut meliputi terbebas dari segala petaka, gangguan jin, berbagai jenis sihir, perbuatan buruk, guna guna, kemarahan, pencuri, bahaya, penyakit, hama, senjata berbahaya, racun, hewan buas, tempat persembunyian orang buruk dan bencana alam.
2. Sebagai perwujudan makhluk hidup
Pada kidunng ini terdapat frasa "Kayu aeng" yang dapat dimaknai bahwa sesama manusia sejatinya saling membutuhkan. Manusia seharusnya memperhatikan keseimbangan ekosistem dan habitat makhluk hidup lain. Menyadari bahwa manusia bukanlah satu satunya ciptaan Allah s sehingga manusia seharusnya meredam keserakahannya.
3. Menjadikan Para Nabi dan sahabat nabi Muhammad sebagai tuntunan
Salah satu tujuan dari kidung ini adalah sebagai tuntunan para muslim pada zaman sunan kalijaga. Hal ini dapat dilihat dari beberapa larik kidung yang menampilkan berbagai sifat para nabi dan sahabat nabi Muhammad yang berharap kelak dapat dimiliki atau ditiru. Berikut adalah beberapa nabi dan sifatnya yang terkandung dalam kidung Rumekso ing Wayah Wengi.