Mohon tunggu...
ImawNullist
ImawNullist Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas Waktu

Halo, 🤗 Aku adalah seorang blogger petualang yang senang berbagi cerita dan pengalaman seru selama perjalanan di berbagai belahan dunia. ✈️🌍 Setiap sudut bumi memiliki keindahan unik yang ingin aku bagikan melalui foto-foto indahku. 📸🌅 Selain berpetualang, aku juga seorang pelajar yang tak pernah berhenti belajar dan mengejar impian. 📚🎒 Setiap hari, aku selalu mencari ilmu dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam hal ini, saya berkeinginan untuk berbagi sebanyak banyaknya ilmu ke khalayak umum. Ngomong-ngomong, aku juga seorang fotografer pemula yang mencoba menangkap momen-momen istimewa dalam setiap perjalanan dan kegiatan sehari-hari. 📷🌟 Semoga kamu menikmati hasil karya fotografi sederhanaku! Oh ya, di sela-sela aktivitasku, aku punya kecintaan lain, yaitu memasak dan berkebun. 🍳🌱 Menciptakan kreasi masakan lezat menjadi kesenangan tersendiri bagiku, dan berkebun mengajarkan aku tentang kesabaran dan keindahan alam. Yuk, ikuti cerita-cerita seruku dalam menjelajahi dunia, belajar, berkebun, dan memasak! 🌏📖 Aku harap bisa menginspirasi dan berbagi kebahagiaan denganmu semua. 🌈💕 Terima kasih sudah bergabung di petualanganku! Jangan lupa tinggalkan jejak di komentar dan dukunganku dengan ❤️. Sampai jumpa di postinganku berikutnya! 👋😊

Selanjutnya

Tutup

Trip

Memperingati Tahun Baru Islam Melalui Kirab Pusaka 1 Suro di Solo

10 Agustus 2024   16:42 Diperbarui: 10 Agustus 2024   16:45 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana penonton kirab pusaka (Sumber: Himawan Rifky F)

Tahun baru islam atau tahun baru hijriah menjadi salah satu momen yang dinantikan banyak orang khususnya Indonesia. Banyak orang merayakan tahun baru islam ini dengan berbagai cara mulai dari berdoa, mengikuti pengajian, dan melakukan tradisi turun temurun. Salah satu tradisi menyambut tahun baru hijriah ini adalah kirab pusaka 1 Suro di Solo. Kirab ini dilaksanakan oleh pihak Keraton Surakarta dan warga Solo sangat antusias untuk menonton kirab ini. Lantas seperti apakah kirab kebo bule kyai slamet ini ? Berikut uraiannya.

Pada Minggu kliwon malam senin legi (7/7/2024), kraton Surakarta menggelar kirab pusaka 1 Suro warsa je 1958 dalam rangka memperingati tahun baru islam. Kirab ini diikuti oleh ratusan  peserta dari keraton Surakarta dan didampingi oleh personil kepolisian. Peserta yang mengikuti kirab ini menggunakan pakaian yang berwarna hitam dan busana jawa jangkep dengan tanpa alas kaki. Dalam prosesi ini, orang yang mengikuti kirab ini akan berjalan kaki mengikuti iring iringan kebo bule dan tombak pusaka Kyai Slamet peninggalan Sunan Pakubuwana II dengan tanpa bersuara atau biasa disebut ritual tapa bisu. 

Suasana penonton kirab pusaka (Sumber: Himawan Rifky F)
Suasana penonton kirab pusaka (Sumber: Himawan Rifky F)

Kirab  pusaka 1 Suro warsa je 1958 ini nyatanya memiliki antusias yang tinggi dari masyarakat Solo dan sekitarnya. Orang orang rela untuk bersiap siap dan menunggu di sepanjang rute kirab bahkan berjam jam sebelum kirab dimulai. Masyarakat menilai bahwa kirab ini bukan hanya sebatas hiburan saja tetapi sebuah simbol kesakralan spiritual yang dapat mendatangkan keberkahan. Muncul beberapa mitos dan kepercayaan bahwa barang siapa yang mendapatkan kotoran dan air pajamas kebo bule dapat mendatangkan hal hal baik. Maka tidak heran jika banyak orang berlomba lomba untuk menyaksikan kirab kebo bule ini.

Arak arakan kirab pusaka 1 Suro warsa je 1958 ini dimulai dari Keraton Surakarta waktu 23.00 malam hari. Kirab pusaka ini memiliki rute mulai dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ke utara melalui Supit Urang - Jl. Pakoe Boewono (Gapura Gladhag) ke utara menuju Jl. Jenderal Sudirman - ke timur melalui Jl. Mayor Kusmanto - ke selatan melalui Jl. Kapten Mulyadi - ke barat melalui Jl. Veteran - ke utara melalui Jl. Yos Sudarso ke timur melalui Jl. Brigjend Slamet Riyadi - ke selatan melalui Jl. Pakoe Boewono kembali ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penonton ketika menonton kirab pusaka satu Suro. Bagi penonton yang ingin mengabadikan momen kirab ini, diminta untuk tidak berfoto menggunakan flash. Selain itu juga diharapkan untuk tidak menggunakan pakaian berwarna merah. Terakhir, penonton diharapkan untuk tetap menjaga jarak dan tetap diam ketika rombongan kirab sedang melintas.

Pada awalnya, kirab pusaka 1 Suro ini diadakan pertama kali pada tahun 1970 atas ide Mantan Presiden Soeharto untuk memperingati tahun baru islam. Kirab pusaka 1 Suro ini mengingatkan saat  peristiwa pada zaman kesultanan Surakarta yang pada waktu itu dipimpin oleh Sultan Pakubuwana II. Ketika geger pecinan meletus, Sultan Pakubuwana II melarikan diri menuju ke Ponorogo untuk bertemu kakaknya Pangeran Kalipo Kusumo di lereng gunung Bayangkaki Ponorogo. Oleh Pangeran Kalipo Kusumo, Sultan Pakubuwana II dinasehati untuk bertapa di  bawah pohon  Sawoo  (Sawoo sak  kembaran)  yang  terletak  di sebelah selatan Gunung Bayangkaki.  Selama perjalananya, Sultan Pakubuwana II mendapatkan pusaka tombak Kyai Slamet yang dapat menjadi media mensejahterakan kehidupan. Namun, syarat untuk membawa tombak tersebut adalah harus diiringi dengan kerbau berwarna putih. Mengetahui hal tersebut, Adipati Ponorogo Surobroto, mencarikan kerbau yang diinginkan. Didapatilah kerbau bule putih tersebut yang kemudian Adipati Ponorogo memberikannya kepada Sultan Pakubuwana II. Dibawa kembalilah tombak dan kerbau bule itu oleh Sultan Pakubuwana II kembali menuju Kraton Kartosuro. Tidak berakhir sampai situ, Sultan Pakubuwana II sering berkeliling menggunakan tombak Kyai Slamet bersama kerbau putih setiap selasa atau jumat kliwon. Karena kerbau itu sering mengikuti pusaka tombak kyiai slamet maka masyarakat mulai menjuluki kerbau tersebut kebo bule Kyai Slamet. Sampai saat ini kerbau putih yang ada adalah keturunan dari kerbau milik Pakubuwana II. Melalui kirab  pusaka 1 Suro ini, peranakan kerbau putih tersebut diajak berkeliling bersama dengan tombak.

Kebo bule ini oleh memiliki filosofi dan makna tersendiri. Kerbau oleh masyarakat jawa khususnya petani memiliki lambang kekuatan yang digunakan sebagai alat pertanian sekaligus sumber mata pencaharian. Ditambah kerbau ini dimiliki oleh seorang raja,  dimana sebagian masyarakat percaya bahwa raja adalah kepanjangan tuhan. Maka tidak heran jika masyarakat percaya bahwa kebo bule ini dapat mendatangkan keberkahan. Masyarakat mencoba untuk mendapatkan lethong  dan air pajamas dari kebo bule yang dipercaya mendatangkan keberkahan.

Kirab pusaka satu sura ini merupakan tradisi unik dan menjadi salah satu  kekayaan kebudayaan Indonesia. Adanya kirab pusaka ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat baik itu hiburan, pelajaran sejarah, maupun makna  dari budaya ini. Semoga pergelaran kirab pusaka satu sura ini akan dilaksana secara rutin setiap tahun baru islam agar generasi muda mengenalnya.

Sumber 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun