Kita ambil waktu khusus jam literasi minim 2 jam pelajaran, membaca bebas dan presentasi cerita atau membuat resume ditulis di buku khusus literasi. Siswa yang suka menggambar daripada membaca, mari difasilitasi dengan membuat cerita bergambar/ komik. Yang suka berbicara bisa difasilitasi dengan kelas mendongeng, sekali kali kita undang pendongeng dan memberikan ilmunya. Sekali waktu dibuat ajang debat dengan mengangkat isu yang terbaru, mereka mau tidak mau akan menganalisa dan berpikir kritis untuk mempertahankan opininya. Guru literat juga bisa menyisipkan bagaimana menyikapi dan mengolah emosi jika ada pendapat atau kritik yang kurang pas.
Guru hebat yang literat juga harus mempunyai target program literasi misalnya dalam satu semester harus tuntas membaca 12 judul buku atau membuat buku antologi dan solo. Setelah mereka tuntas dalam berliterasi sesungguhnya, besar harapan kelak mereka akan menjadi generasi pemikir seperti para tokoh terdahulu yang suka berfikir, menulis dan membaca. Diantaranya Bung hatta, Hamka, RA Kartini, Rasuna Said dll
Selain mengarahkan siswanya untuk berliterasi guru literat juga harus memberi contoh banyak buku yang dikoleksi dan dibaca. Dan berkolaborasi dengan teman sejawat dalam mennyalakan literasi. Seperti membuat program literasi yang memihak pada siswa. Dan sering memberi motivasi literasi diantaranya "Makin aku banyak membaca, makin aku banyak berpikir; makin aku banyak belajar, makin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun." -- Voltaire. Sehingga siswa semakin haus berliterasi dan menunduk seperti ilmu padi.
Sejatinya guru hebat adalah guru yang memihak siswa dan saling menghebatkan, dan guru literat adalah guru yang menginspirasi dan saling meliterasikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H