Citt! Citt!
Suara burung berkicau menggema di depan rumahku. Kiacauannya nyaring menyambut langit yang kembali membiru indah setelah menumpahkan air hujan semalaman. Aroma tanah basah yang segar dan udara dingin menyambut pagi hariku dengan segelas susu hangat di tangan. Duduk di kursi teras depan rumah sembari memandang  tanaman yang menghijau merupakan permulaan hari yang baik untukku.
Suasana tenang dan nyaman ini terkadang membawa pikiran berkelana ke entah berantah. Hingga aku tiba-tiba terpikirkan sesuatu, hal yang menjadi problem atau masalahku daridulu. Sebenarnya keahlian apa yang aku miliki? Hobi apa yang aku suka? Rasanya semakin rumit disaat aku muali mencoba mengingat apa yang membuat waktu luangku lebih menarik. Pernah suatu hari saat masa perkenalan di kelas, "hobi kamu apa nih?" Aku terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab dengan ragu-ragu, "Nonton anime kayaknya".
Keresahan ini semestinya bukan aku saja yang merasakan. Beberapa teman dan orang-orang di sekelilingku pun sama. Saat ditanya apa hobinya, maka jawabannya adalah "tidak tahu". Mereka berkata bahwa hobi yang  mereka sukai terkadang sulit dilakukan karena terhalang alat dan bahan. Semisalnya saja guru SMPku yang pernah bercerita jika dirinya saat masih seumuran kami memiliki hobi melukis tetapi sulit mendapatkan alat yang dibutuhkan seperti kuas, buku lukis atau kanvas, dan cat warnanya karena keterbatasan finansial dan orang tua yang meremehkan hobinya yang katanya, "Halah! hobi gambarmu mung ngentekke duit nduk" (Halah! Hobi gambarmu tuh cuma habisin uang nak).
Alasan ketidaktahunan ini juga berasal dari banyaknya hal yang dicoba. Terkadang seseorang akan mencoba banyak hal baru yang menurutnya menarik dan mampu dilakukan. Lalu saat merasa sudah bisa, dirinya akan mencari hal baru lain untuk dicoba dan mengatakan jika hal tersebut adalah hobi baru daripada memperdalam skill sebelumnya. Dengan banyaknya 'hobi' yang dicoba saja, membuat orang tersebut akan merasa bingung dan bertanya-tanya, "apa hobi dan keahlianku sebenarnya?"
Apalagi di era yang serba digital sekarang. Hobi sering kali menjadi kompetisi yang tidak terlihat. Hobi bukan lagi tentang bagaimana kita menikmati masa luang kita dengan bahagia, tetapi menjadi sebuah ajang memuaskan para netizen di media sosial yang hanya ingin melihat hasil bukan proses. Sekarang banyak orang yang menganggap hobinya dijadikan ladang menghasilkan uang dan harus bermanafaat bagi semua orang. Terkadang kita akan selalu merasa haus pujian dari mereka dan selalu memuaskan keinginan mereka tanpa memikirkan apa yang sebenarnya sedang kita lakukan, hobi atau ajang pamer?
Aku sendiri juga sering merasa seperti itu. Ada saatnya dimana aku ingin mencoba hal yang sedang populer di sekitarku atau yang sedang dilakukan temanku. Contohnya saja kejadian yang baru saja terjadi belakangan ini di hidupku. Aku memiliki circle pertemanan baru di media sosial, disana kebanyakan temanku memiliki hobi atau keahlian di digital art. Mereka sering kali membagikan hasil karya mereka di media sosial dan mendapat banyak pujian dari pengikutnya maupun orang yang baru saja melihat karyanya. Dari sana, aku mulai ada rasa ingin mempelajari bagaimana caranya menggambar digital bahkan aku sampai membeli stylus pen untuk memenuhi ke-fomo-anku itu. Awalnya aku merasa enjoy dengan hobi baruku itu, mulai membagikan karyaku ke media sosial juga dan terus mencoba art baru dari berbagai kreator yang ada di media sosial. Sampai akhirnya setelah berbulan-bulan menekuni hobi ini, aku mulai merasa bosan dan terditraksi oleh karya-karya dari kretor yang sudah pengalaman. Aku merasa minder karena hasil latihan berbulan-bulanku itu belum bisa menghasilkan karya yang sesuai dengan apa yang aku mau.
Selain itu, aku juga pernah masuk ke Unit Kegiatan Mahasiswa yang berfokus di bidang fotografi. Aku merasa jika memiliki keahlian di bidang tersebut dan suka dengan hal yang berbau fotografi. Namun nyatanya UKM ini tidak berjalan mulus, jarang sekali melakukan kegiatan dan kesibukanku di tugas kuliah membuat hobi fotografi menjadi tersingkirkan. Apalagi ditambah saat semester 3 di mata kuliah fotografi, ternyata banyak aspek fotografi yang tidak aku pahami dan mengerti hingga akhirnya membuatku merasa insecure dan malu melihat teman-teman yang lebih bisa memahami tentang fotografi daripada aku sendiri.
Salah satu temanku, sebut saja Niki, juga mengeluhkan hal yang sama saat kami sedang berkumpul. Dia berkata bahwa dirinya suka sekali membaca buku, apapun temanya. Tapi apakah itu bisa disebut hobi jika dirinya tidak pernah membacanya hingga selesai. Sering kali dia merasa bosan saat membaca buku dan meninggalkannya begitu saja   sampai berbulan-bulan sampai buku itu berdebu. Dari cerita Niki ini aku jadi kembali berpikir, definisi hobi itu sebenarnya apa? Mengapa kita seringkali merasa terjebak karena hal itu. Apakah hobi harus sesuatu yang produktif? Apakah hobi ini harus menghasilkan sebuah karya atau prestasi? Atau hanya cukup suatu hal yang kita lakukan di waktu luang yang membuat kita bahagia?
Ada juga temanku yang merasa hobi yang dia lakukan menjadi 'stereotype' buruk dari lingkungannya. Hobinya adalah bermain game online, bahkan dia pernah menjadi perwakilan kelas dengan beberapa teman lainnya untuk lomba antar kelas dan meraih juara 2 di sana. Namun banyak yang menganggap hobi yang dilakukannya ini membuang waktu serta membuat anak-anak tidak mau belajar dan memilih bermain game. Padahal, baginya hobi bermain game online ini sangat membantu saat dia merasa suntuk dan stress dengan tugas-tugasnya.
Setelah mendengar berbagai cerita dari teman-temanku, aku memahami bahwa kebingungan tentang hobi atau keahlian ini berawal dari pandangan kita terhadap diri sendiri dan ekspetasi dari lingkungan sekitar juga media sosial. Di medsos sendiri banyak sekali orang-orang yang memamerkan atau membagikan keahliannya dalam hobi yang mereka tekuni. Hal ini berakibat pada kita yang merasa tidak cukup baik atau bisa jika tidak memiliki hobi yang menonjol di diri kita dan menciptakan tekanan-tekanan yang tidak diperlukan hingga membuat kita takut untuk menjelajah banyak hal yang lebih jauh.