[caption caption="*gambar diambil dari favim.com"][/caption]
Dia di sana. Di tepi ranjang. Â Terduduk sembari menatap testpack yang berada di tangannya. Tak lama ia terisak. Ditutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia mencoba menahan tangis. Meski akhirnya sia- sia, karena yang ada air matanya justru mengalir deras. Tak terbendung.
Dengan cepat ia menelungkupkan tubuhnya di atas kasur. Melempar benda pipih tersebut ke sembarang arah. Ia tenggelam di balik bantal. Meredam suara tangis yang tak jua berhenti.
Entah berapa menit berlalu, isaknya tiba- tiba terhenti. Dia bergerak. Bangkit dan beranjak dari kasur. Dibukanya laci meja belajar, sesaat ia terdiam namun detik selanjutnya sebuah plastik kecil dengan butiran obat didalamnya sudah berada di genggaman tangannya.
Ia kembali ke atas kasur, matanya tak lepas dari plastik kecil tersebut. Perlahan ia mengeluarkan isi dalam plastik. Tidak satu, tapi dua tiga oh sepuluh butir sekaligus. Dan tanpa berpikir lama ia masukkan ke sepuluh butir tersebut ke dalam mulut. Ada segelas air putih yang berada di atas nakas yang membantunya menelan butiran obat tersebut.
Semenit.
Dua menit.
Tiga…
Empat…
Lima..
Matanya tiba- tiba terbelalak. Tubuhnya kejang- kejang. Sesuatu berbentuk buih muncul di permukaan bibirnya. Tangannya terangkat, menggapai- gapai. Berusaha teriak, tapi tercekat. Perlahan nafasnya memendek , matanya terpejam dan keheningan pun menyelimuti ruangan.