Mohon tunggu...
Imas Siti Liawati
Imas Siti Liawati Mohon Tunggu... profesional -

Kunjungi karya saya lainnya di www.licasimira.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jalur Mudik di Lintas Timur Yang Tak Kunjung Membaik

30 Juli 2013   12:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:50 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik sudah menjadi tradisi di negeri ini. Setiap tahun jelang hari raya semua orang akan berbondong- bondong pulang kampung. Sejak kecil pun saya sudah mengalaminya, baik dengan kendaraan umum maupun pribadi.

Untuk wilayah pulau Jawa lebih baik memang, dimana sarana transportasi dan jalanan yang terus mendapat sorotan jika memang kurang layak digunakan. Berbeda di daerah Lampung, paling banter hingga wilayah kota Bandar Lampung yang merupakan pusat provinsi. Sedikit bergeser ke arah kabupaten, bersiaplah sengsara di perjalanan.

Kakek dan nenek saya (dari pihak ibu) tinggal di suatu daerah di Rawajitu, Tulang Bawang. Orang tua saya dinas di daerah Kalianda, Lampung Selatan. Sehingga tiap tahun kami harus mudik ke Tuba yang disana kakek nenek masih ada (nenek & kakek dari pìhak Ayah sudah tiada).

Saya mengingat perjalanan mudik bertahun- tahun yang tak kunjung baik. Faktor jalanan rusak parah. Bis sering kepater masuk lumpur (mogok dan perlu didorong beramai- ramai). Sarana angkutan terbatas. Itu ketika saya kecil. Entah di tahun berapa era pak Harto program Desaku Maju Sakai Sambayan sempat membuat jalanan baik, tapi tak lama rusak kembali. Kabarnya karena truk- truk pengangkut kelapa sawit.

Jalur Lintas Timur Sumatera memang dikenal cukup berbahaya, jalanan berlubang siap menanti anda. Seingat saya dari kota Bandar Lampung hingga Menggala dan Unit 2 Tuba masih dirasa lebih baik, jalanan layak digunakan. Setelah itu duh jangan tanya kabarnya hingga perbatasan Palembang.

Mau naik bis ataupun mobil pribadi sama saja. Goncangan akan sangat terasa, kepala pusing, perut rasanya dikocok, medan areanya benar- benar parah. Ini yang kadang membuat saya malas mudik ke tempat kakek, terakhir di tahun 2011. Kami mencoba perjalanan malam dengan menggunakan travel. Kalau siang, panas sekali orang tua saya saja medot puasa. Komplit dong sengsara kalau jalanan rusak dan panas. Adik saya saja harus mengeluarkan isi perutnya, saya sampai tak berani memakan apapun.

Selain faktor jalanan, Lampung juga menyisakan masalah di angkutan umum. Yang orang Lampung tahu neh faktor kelayakan bus, bisa dihitung deh yang bagus apalagi bus ke arah daerah. Haddeuh, geleng- geleng deh. Makanya kalau di Jawa sibuk ribut dikit bis tidak bagus, di Lampung mau bagaimana lagi kalau mau pulkam tak ada pilihan. Sekarang memang lebih baik ada travel tapi ya itu lumayan menguras kantong.

Entah sampai kapan jalan diperbaiki, toh di kampung kakek saya banyak juga yang merantau dan tiap tahun melakukan mudik. PR pemerintah dari dulu nggak selesai- selesai.
Selamat Siang, 30 Juli 2013

*Tahun ini lagi keluarga saya tidak harus mudik karena kakek memilih tinggal bersama kami. Tapi saya pribadi tetep mudik Bdg- Lpg. Hehe... Nanti lah saya buat tulisan perjalanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun