“Sebentar. Ini juga berlaku untuk pasangan hidup kah?”
Ia tersenyum.
“Jadi sebenarnya selama ini kita mencari orang dengan frekuensi yang mendekati dengan kita. Atau kalau beruntung, yang sama dengan kita?”, tanyaku bersemangat.
“Exactly.”, ia tersenyum puas.
Mataku menyipit, terdorong oleh pipi yang juga disunggi bibir – tersenyum.
Jadi selama ini kita menolak frekuensi.
“Ya… Jadi selama ini kita menolak frekuensi.”, ia tersenyum sambil mencodongkan badannya ke arahku.
Tawaku pecah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H