Mohon tunggu...
Imas Meilani
Imas Meilani Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Gunung Djati

Mahasiswi Pendidikan Matematika yang sedang mencari peluang untuk menggunakan keterampilan menulis, investigasi pembaharuan serta kolaborasi dalam kemajuan literasi di kalangan masyarakat secara luas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meraih Kedamaian Batin: Mengupas Jihadatunnafsi di Pengajian Rutin Masjid Al-Mubarak

8 Juli 2024   15:40 Diperbarui: 8 Juli 2024   18:44 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Minggu (07/07/2024) Masjid Al-Mubarok menyelengarakan kegiatan pengajian rutin yang selalu dihadiri oleh jamaah dari Desa Cibiru Hilir. Berbondong-bondong, jamaah memadati barisan shaf untuk melaksanakan sholat Subuh berjamaah terlebih dahulu. Dengan khusu lantunan ayat qur'an yang dilantunkan Imam mencipta kedamaian di hati para jemaah. Selesai menunaikan ibadah sholat subuh berjamaah dan memanjatkan do'a, tak lama jamaah dari berbagai RW (Rukun Warga) berdatangan untuk menyimak kajian subuh minggu ini mengenai : "Jihadatunnafsi" oleh KH. Tantan Taqiyuddin, LC. yang mahsyur dipanggil Pak Haji sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ihsan.

Sebelum memulai kajian, Pak Haji mengajak jamaah untuk mengevaluasi diri terutama dalam memperingati Tahun Baru Islam, 1 Hijriah 1446 H. "Siang malam silih berganti, hari silih berganti, minggu silih berganti, bulan silih berganti dan tahun silih berganti. Ibadah urang (kita) di evaluasi, Rumah Tangga urang (kita) di evaluasi. Ayeuna aya waktu anyar, taun anyar dipake kanngo syukuran (Sekarang gada waktu baru, tahun baru yang digunakan untuk bersyukur".

Sumber : Penulis
Sumber : Penulis

Sumber : Penulis
Sumber : Penulis

Menurut Pak Haji, salah satu cara kita bersyukur adalah dengan melakukan Jihadatunnafsi. Jihadatunnafsi adalah jihad yang paling berat karena kita harus perang melawan hawa nafsu. Terdapat 3 jenis hawa nafsu (Syahwat) diantaranya nafsu Sex, nafsu Kekuasaan dan nafsu Ekonomi. Maka dari itu Pak Haji menerangkan bahwa terdapat hadits yang berbunyi "Al kayyisu man daana nafsahu wal amila limaa ba'dal mauut".

Al kayyisu berarti orang cerdas, sehingga yang disebut orang cerdas menurut Rasulullah SAW adalah manusia yang suka menghisab dan mengoreksi diri sendiri. "Ai urang resep ngoreksi saha? (jamaah : "batur"), Ai urang resep ninggali kagorengan saha?, (jamaah : "batur"). Urang teh manusia akhil, hartosna anu boga akal, pinter, nyaeta pandai menjauhi dosa-dosa besar. (Kalau kita suka mengoreksi siapa? (Jamaah : "orang lain"). Kalau kita suka melihat kekurangan siapa? (Jamaah : "orang lain"). Kita itu manusia Akhil, artinya yang mempunyai akal, pintar yaitu pandai menjauhi dosa-dosa besar)".

Diantara dosa-dosa itu adalah hasud, riya, takabur, haus pujian, besar kepala dan sombong. Dan Pak Haji menuturkan lebih dalam, bahwa manusia yang senantiasa mengikuti hawa nafsunya (syahwat) maka tidak akan senang dan bahagia. Sehingga sebagai penutup kita harus mengimplementasikan "Amal makruf, nahi mungkar" yang artinya mengajak kepada kebaikan, dan mencegah dari keburukan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun