Mohon tunggu...
imas masitoh
imas masitoh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full time mom

Bandung

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Petuah dari "Petuah Tampah" Teater Djarum

9 Mei 2016   14:56 Diperbarui: 11 Mei 2016   11:31 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengangkat tampah sebagai ekspresi seni, Teater Djarum menggelar pertunjukan teater bertajuk “Petuah Tampah” Minggu, 8 Mei 2016 kemarin. Bertempat di Auditorium Galeri Indonesia Kaya Jakarta, Teater karya sutradara Asa Jatmiko ini mengangkat Tampah sebagai ikon tradisional yang mempunyai arti filosofi. Tampah merupakan alat tradisional yang digunakan masyarakat untuk memilah padi bernas dan digunakan untuk fungsi lainnya seperti tempat nasi tumpeng syukuran. Tidak hanya itu, tampah juga memiliki fungsi sebagai alat magi bagi masyarakat.

“Ada pengalaman pribadi di lingkungan rumah saya, waktu itu anak tetangga saya hilang dan dicari dengan menabuh tampa sambil berkeliling desa dan akhirnya ditemukan diatas pohon. Mitosnya anak tersebut diajak bermain oleh makhluk halus atau dikenal dengan digondhol wewe dan masyarakat percaya dengan menggunakan tampa, anak tersebut bisa ditemukan” cerita Asa Jatmiko setelah pertunjukan selesai.

Dalam tradisi Jawa, tampah mempunyai arti filosofi yakni “menerima”. Tampah juga memiliki nosi “ke dalam”, pemaknaan untuk perenungan akan tumbuh kembang kepribadian manusia di dalam kehidupan bagaikan roda yang berputar dan nosi “ke luar”, pemaknaan bagi masyarakat yakni dijadikan sebagai media bersosialisasi dan terjalinnya upaya saling membutuhkan.

salah satu adegan di lakon petuah tampah
salah satu adegan di lakon petuah tampah
“lakon ini menunjukkan bagaimana mencari dari inti kehidupan. Kami ingin menyampaikan pesan bahwa jangan sampai kita kehilangan jati diri kita di jaman modern yang penuh kemajuan teknologi ini” Ujar Asa Jatmiko

Kemajuan teknologi dan informasi membuat masyarakat harus bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang tidak. Hal itu pun diperlihatkan dalam salah satu adegan yaitu menampi. Menampi adalah membersihkan beras atau padi dengan menggunakan tampah yang digerakkan secara naik turun.

“Adegan menampi dalam lakon ini mempunyai makna bahwa kita harus memilah dan memilih sesuatu yang kita terima” Asa menambahkan

salah satu adegan petuah tampah
salah satu adegan petuah tampah
Teater ini kaya akan makna kehidupan. Terlebih untuk perenungan menghadapi kemajuan teknologi, terutama teknologi komunikasi yang bisa dikatakan membawa dampak terhadap nilai dalam masyarakat yang terkoyak bahkan terputus. Asa juga berpendapat, bahwa kemajuan teknologi ini memang tidak terbantahkan, namun bukan berarti kita melupakan nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman kita dalam menjalani kehidupan.

Setelah sukses menggelar pertunjukan di Jakarta, Teater Djarum akan membawa “Petuah Tampah” ini ke kota lainnya yakni Kudus yang akan digelar 25 Mei 2016 di Balai Budaya Redjosari, Yogyakarta pada 27 Agustus 2016 di Omah PetroekKarang Klethak dan terakhir akan menyambangi Solo pada 24 September 2016 di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah.

foto: dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun