Ditinggalkan dan dilupakan, mungkin itulah nasib kamera analog saat ini. Munculnya kamera digital yang semakin canggih, membuat orang-orang meninggalkan kamera analog karena menganggap kamera ini tidak praktis. Namun bagi sebagian orang, kamera analog tetap menjadi pilihan, termasuk bagi saya.
Hobi menggunakan kamera analog ini bermula ketika saya menemukan kamera yang usang di gudang rumah. Kemudian saya mencoba untuk membeli film dan memasangnya. Setelah asal menggambil gambar dengan kamera penemuan ini, saya mencuci scan film ini di salah satu studio foto Bandung yang masih menerima proses cuci, cetak, scan untuk film. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya hasi foto tersebut selesai dan membuat saya merasa lebih tertarik untuk mencoba mengambil gambar dengan kamera analog.
Kerepotan menggunakan kamera analog juga menjadi salah satu faktor kamera ini ditinggalkan. Untuk melihat hasil foto, kita harus melakukan proses cuci film terlebih dahulu. Di mana pencucian film dilakukan di kamar gelap dengan merendam pita film dengan beberapa jenis cairan seperti developer dan fixer.
Jenis-jenis kamera analog pun beragam, ada kamera SLR (Single-Lens Reflex), kamera TLR (Twins-Lens Reflex), Kamera Point and shott, Kamera Rangefinder. Foto yang dihasilkan dari kamera analog ini juga tegantung dari jenis film dan lensa yang digunakan.
Menurut saya, hasil foto dari kamera analog berbeda dengan hasil foto dari kamera digital. Foto yang dihasilkan dari kamera analog mempunyai warna yang menarik. Hal ini juga bisa dibuktikan dengan aplikasi-aplikasi edit foto yang menyediakan effect dari berbagai jenis film.
Tertarik untuk mencoba menggunakan kamera analog juga? Mungkin bisa dicoba terlebih dahulu untuk melihat ke gudang rumah, barangkali ada kamera warisan kakek di sana. Selamat memotret...Â
*) Sumber gambar: Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H