Mohon tunggu...
Primastuti Satrianto
Primastuti Satrianto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Indonesian Couple Traveler

Happy Work at Home Manda

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Selamatkan Bumi dari Dapur

24 Oktober 2021   18:24 Diperbarui: 24 Oktober 2021   18:53 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Curhatan Ibu Rumah Tangga dari Dapur

Sedihnya melihat masakan sisa yang terbuang banyak, padahal waktu untuk memasak yang dimasak dalam waktu yang tidak sebentar. Lebih sedih lagi ketika bersih-bersih kulkas dan banyak sekali bahan makanan yang terbuang karena banyak alasan. Terkait sampah rumah tangga yang terbanyak dihasilkan dari sisa makanan, timbul kegelisahan yang saya rasakan saat ini sebagai seorang ibu rumah tangga yang mengurus rumah dan lebih sering menyiapkan masakan sendiri.

Melihat kenyataan di dapur bahwa memang benar sampah harian rumah tangga terbanyak berasal dari dapur. Dari kekhawatiran inilah, batin saya tergelitik untuk bisa berbagi tips dari dapur dalam rangka mengurangi food loss dan food waste. Harapannya, semakin banyak orang yang membaca dan ikut melakukan apa yang saya lakukan di dapur saya dalam rangka meminimalisir food loss dan food waste. Ya, setidaknya saya berperan serta aktif turut selamatkan bumi dari dapur.

sumber : dokpri canva
sumber : dokpri canva
  1. Membeli bahan makanan berlebihan dengan dalih akan berencana membuat sesuatu, tapi belum tahu kapan akan dieksekusi. Hal tersebut membuat banyak bahan makanan terbuang dan membusuk di kulkas. Oleh karenanya, kebiasaan membeli berlebihan dan lalu menyimpannya harus diubah, salah satunya dengan membeli bahan makanan untuk jangka yang lebih pendek sehingga tidak membusuk di dalam kulkas.
  2. Lapar mata ketika melihat makanan. Membeli makanan berlebihan karena lapar mata, tidak disesuaikan dengan kapasitas perut, itulah yang menyebabkan food waste di dapur. Terlebih sebagai orang modern, kemudahan pesan antar online memicu orang memesan makanan secara instant hanya karena tertarik melihat gambarnya saja.
  3. Memasak berlebihan tidak disesuaikan jumlah keluarga yg makan, serta tidak tahu selera keluarganya, sehingga banyak masakan yang tersisa. Hal ini biasanya terjadi pada keluarga kecil yang beranggotakan 2-4 orang.
  4. Tidak adanya komunikasi dengan keluarga tentang  menu masakan yang hendak dimasak. Padahal, dengan memasak masakan favorit yang disepakati akan lebih lekas habis, dibanding memasak sembarang menu. Kalau memang tidak ada waktu untuk memasak, membeli masakan jadi juga menjadi solusi, dengan membeli cukup sayur dan lauk akan menghindarkan diri dari food waste.
  5. Membuang sisa makanan yang tidak habis bisa jadi karena ketidaktahuan bahwa makanan yang tidak habis bisa diproses masakan baru yang rasanya tidak kalah enaknya. Di awal pandemi, kita terbiasa berbagi dengan sesama, untuk menghindarkan dapur dari food loss dan food waste, kegiatan berbagi bisa dilanjutkan lagi.

Berikut adalah ilustrasi berupa infografis tentang hal yang kulakukan di dapur. Cara mudahku ikut andil dalam menyelamatkan bumi dari dapur. Mulai dari hal kecil yang bisa kita perbuat, lalu mengajak keluarga terdekat, kita bagikan melalui media sosial dan semakin banyak yang melakukan seperti yang kita lakukan untuk menyelamatkan bumi dari dapur.

sumber : dokpri canva
sumber : dokpri canva

Solusi dari dapur untuk mengurangi food loss dan food waste, diantaranya :

  1. Mengolah makanan sisa. Mungkin bagi sebagian masyarakat di pedesaan, mengolah makanan sisa menjadi makanan baru yang rasanya tetap enak adalah hal yang biasa. Lauk ayam goreng jika ada sisa akan berubah menjadi oseng ayam keesokan harinya. Kita masyarakat modern juga tidak ada salahnya mencoba kreatif mengolah sisa makanan semalam. Misalnya masih punya opor ayam masakan hari ini, besok hari, ayamnya bisa ditiriskan dan lalu dipanggang. Sering melakukan membuat kita terbiasa dalam mengolah sisa lauk menjadi makanan baru yang bisa dinikmati. 
  2. Berbagi makanan jika dirasa terlalu banyak. Pandemi mengajarkan pada kita untuk berbagi, membagikan sisa bahan makanan yang dibeli atau masakan yang jumlahnya banyak ke sekitar yang membutuhkan menjadi hal yang mulia untuk dilanjutkan dan sekaligus mampu mengurangi food loss dan food waste di dapur.
  3. Mengolah sisa bahan makanan menjadi pupuk organik. Cara paling mudah adalah dengan menjadikan sisa bahan makanan dan masakan menjadi pupuk kompos organik. Siapkan tempat untuk menampung sampah sisa makanan bisa dengan teknik biopori.
  4. Menyimpan sisa minyak jelantah untuk dikumpulkan kolektif. Gerakan mengumpulkan sisa minyak jelantah yang dikelola oleh RT menjadi bagian menjaga bumi dari dapur. Minyak jelantah yang dikumpulkan akan diolah menjadi biodiesel.
  5. Memulai urban farming. Maraknya urban farming di awal pandemi, terlebih ada program KWT (Kelompok Wainta Tani) yang bertanam sayuran hijau dengan memanfaatkan lahan di depan rumah. Media penanaman bisa dengan pot, pipa vertikal, dan hidroponik. Dalam hubungannya dengan food loss, jenis tanaman yang dipilih bisa dari bahan makanan yang hampir membusuk di kulkas, seperti : buah tomat, cabe, daun bawang, kangkung dan beberapa sayuran hijau yang bisa ditanam secara  langsung lainnya.
  6. Membuat ecobrick secara bersama-sama. Kegiatan membuat ecobrick ini diprakarsai oleh ketua RW di perumku, kami mengumpulkan sisa plastik dan botol plastik. Sisa plastik pembungkus yang sudah dikeringkan dan pastikan tidak basah dan lembab, lalu dimasukkan ke dalam botol plastik sampai memadat, dipadatkan dengan mendorongnya dengan bambu sampai plastik-plastik didalamnya memadat. Ecobrick ini akan dikumpulkan untuk membuat kursi di lapangan RW untuk duduk-duduk saat ada perlombaan volly 17-an atau kegiatan warga di lapangan.

Semoga langkah kecil dari dapur yang sudah kumulai sebagai upaya selamatkan bumi dari dapur bisa diduplikasi oleh pembaca setia kompasiana. Memulai sebuah langkah perubahan, meskipun kecil tetaplah berkeyakinan akan memberikan dampak yang besar jika dilakukan oleh banyak orang dan dilakukan terus menerus.

Referensi :

  1. https://www.kompas.com/food/read/2020/10/10/171100375/apa-bedanya-food-loss-dan-food-waste-limbah-makanan-yang-jadi-masalah?page=all.
  2. https://www.kompas.com/food/read/2020/10/10/171100375/apa-bedanya-food-loss-dan-food-waste-limbah-makanan-yang-jadi-masalah?page=all.
  3. https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/perbedaan-food-loss-dan-food-waste/
  4. https://katadata.co.id/timpublikasikatadata/berita/5e9a470c74665/kesadaran-warga-memilah-sampah-masih-rendah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun