Mohon tunggu...
Imas Rofiah
Imas Rofiah Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMP Muara Madani

Saya adalah seorang penulis dan petualang yang mencintai eksplorasi ide serta tempat baru. Saya menikmati momen-momen reflektif untuk menggali makna dan menciptakan gagasan segar. Hobi menulis telah membawa saya pada berbagai topik menarik, terutama tentang makanan dan minuman herbal, inovasi dalam pembelajaran, serta filsafat. Ketiga bidang ini menjadi ruang bagi saya untuk berbagi wawasan, memadukan kreativitas, dan menawarkan perspektif baru kepada pembaca. Melalui tulisan, saya berupaya menghadirkan inspirasi, baik dalam bentuk resep herbal yang sehat dan alami, pendekatan pembelajaran yang kreatif, hingga renungan filosofis yang mendalam. Saya percaya, dengan terus belajar dan berbagi, kita dapat menciptakan dunia yang lebih baik dan penuh makna.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pelajaran Berharga Dari Kasus Armor Toreador

9 Januari 2025   12:11 Diperbarui: 9 Januari 2025   12:10 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan
Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang melibatkan Armor Toreador dan Cut Intan menjadi perhatian publik, terutama setelah vonis yang dijatuhkan oleh pengadilan baru-baru ini. Kasus ini bermula dari laporan Cut Intan, yang mengungkap bahwa ia telah menjadi korban kekerasan fisik dan verbal dari suaminya selama beberapa tahun terakhir. Dalam pengakuannya, Cut Intan menggambarkan bagaimana kekerasan tersebut terjadi tidak hanya di balik pintu rumah, tetapi juga di hadapan anak-anak mereka. Kejadian ini menjadi semakin mengkhawatirkan karena dampaknya tidak hanya dirasakan oleh Cut Intan, tetapi juga oleh anak-anak mereka yang menjadi saksi bisu kekerasan tersebut. Di balik drama hukum yang menjadi sorotan media, ada pelajaran penting yang dapat diambil dari sisi parenting untuk mencegah dan mengatasi KDRT dalam keluarga. Artikel ini akan mengupas bagaimana ilmu parenting dapat menjadi landasan untuk menciptakan rumah yang aman dan harmonis.

1. Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Dampaknya pada Anak
KDRT tidak hanya berdampak pada pasangan, tetapi juga meninggalkan luka psikologis mendalam pada anak yang menjadi saksi. Anak yang tumbuh di lingkungan penuh kekerasan cenderung mengalami trauma, gangguan emosi, hingga risiko mengulang pola kekerasan di masa depan. Dampak ini sering kali bersifat jangka panjang, memengaruhi cara anak berinteraksi dengan orang lain dan bahkan pola asuh mereka kelak saat dewasa. Trauma tersebut bisa berupa kecemasan, depresi, hingga kesulitan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta dan bebas dari kekerasan. Melibatkan anak dalam konseling keluarga atau memberikan dukungan emosional yang konsisten dapat membantu mereka mengatasi trauma yang dialami. Lebih jauh lagi, upaya pencegahan harus dimulai dengan menciptakan pola komunikasi yang sehat dan terbuka dalam keluarga.

2. Pentingnya Pendidikan Emosi dalam Keluarga
Armor Toreador sebagai sosok publik menjadi cerminan bagaimana pengelolaan emosi yang buruk dapat berujung pada tindakan destruktif. Dalam ilmu parenting, kemampuan mengelola emosi adalah keterampilan penting yang perlu diajarkan sejak dini. Ketika orang tua menunjukkan kemampuan mengelola emosi, anak-anak akan meniru perilaku tersebut dan belajar bagaimana menangani frustrasi, kemarahan, atau kesedihan dengan cara yang konstruktif.

Mengajarkan pendidikan emosi dapat dimulai dengan mengenali dan menamai emosi yang dirasakan. Misalnya, ketika anak marah atau sedih, orang tua bisa membantu mereka mengungkapkan perasaan tersebut dengan kata-kata. Selain itu, penting juga untuk mengajarkan cara-cara sehat mengatasi emosi, seperti teknik pernapasan, meditasi, atau mencari dukungan dari orang terdekat. Dengan membangun kecerdasan emosional sejak dini, anak-anak akan lebih siap menghadapi tantangan dalam kehidupan mereka.

3. Peran Keseimbangan Gender dalam Hubungan Suami Istri
Ilmu parenting modern menekankan pentingnya kesetaraan peran antara suami dan istri. Ketika salah satu pihak merasa mendominasi, ketidakseimbangan ini sering kali memicu konflik dan kekerasan. Dalam hubungan yang sehat, baik suami maupun istri harus memiliki kesempatan yang sama untuk menyuarakan pendapat, mengambil keputusan, dan berbagi tanggung jawab dalam mengelola rumah tangga. Kesetaraan ini tidak hanya menciptakan hubungan yang harmonis tetapi juga memberikan teladan yang baik bagi anak-anak.

Anak-anak yang melihat kedua orang tua saling menghormati dan berbagi peran akan belajar tentang pentingnya kerja sama dan nilai-nilai kesetaraan. Mereka akan memahami bahwa setiap individu memiliki hak untuk dihargai, terlepas dari perbedaan gender. Pendidikan kesetaraan gender ini menjadi pondasi untuk menciptakan generasi yang lebih inklusif dan adil di masa depan.

4. Solusi: Membangun Rumah Tangga yang Bebas Kekerasan
Beberapa langkah praktis untuk menciptakan keluarga yang sehat antara lain:

  • Meningkatkan Literasi Parenting: Orang tua perlu terus belajar tentang pola asuh yang efektif dan pengelolaan konflik dalam rumah tangga. Seminar, buku, atau platform online tentang parenting dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat. Dengan memperluas wawasan, orang tua dapat mengenali tanda-tanda kekerasan emosional maupun fisik dan segera mengambil tindakan pencegahan.

  • Mengelola Stres: Dalam situasi penuh tekanan, penting untuk mencari cara yang sehat untuk mengatasi stres, seperti berbicara dengan pasangan, melakukan konseling, atau menggunakan teknik relaksasi. Stres yang tidak terkelola sering kali menjadi pemicu utama konflik dalam rumah tangga. Orang tua juga perlu saling mendukung dalam menghadapi tantangan hidup, sehingga tekanan yang ada tidak menjadi alasan untuk melukai pasangan atau anak-anak.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Parenting Selengkapnya
    Lihat Parenting Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun