Tradisi malamang merupakan suatu budaya yang berkembang di Minangkabau khususnya di daerah Pariaman. Tradisi ini pertama kali diperkenalkan oleh Syekh Burhanuddin ketika menyebarkan ajaran agama islam. Hingga saat ini tradisi malamang masih sangat kental di daerah Pariaman apalagi ketika merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Lamang adalah makanan khas tradisonal dari Pariaman yang bahan dasarnya terbuat dari sipuluik (ketan putih). Proses pembuatan lamang itu cukup rumit. Mulai dari membersihkan beras ketan dengan cara membasuhnya berkali-kali sampai air basuhan jernih. Menyediakan santan yang sudah dicampur dengan garam kasar. Dilanjutkan dengan memasukkan beras ketan ke dalam talang (bambu) yang didalamnya sudah dilapisi daun pisang dan daun pandan. Isian pada bambu harus penuh lalu dituangkan santan. Untuk proses memasak lamang itu sendiri memakan waktu yang cukup lama karena dimasak menggunakan bambu di atas bara api. Untuk memasak lamang harus memiliki keahlian khusus dan kesabaran supaya mendapatkan lamang dengan kematangan yang merata.
Tradisi malamang sangat penting untuk orang-orang Sumatera Barat, khususnya daerah-daerah pesisir seperti Padang Pariaman yang tentunya mayoritas beragama Islam. Saat perayaan Maulid Nabi, masyarakat di daerah tersebut membuat lamang di setiap rumah. Lalu beberapa batang lamang tersebut akan dibawa ke surau dan sebagiannya lagi akan diberikan kepada sanak saudara seperti anak menantu, mertua, kerabat-kerabat lainnya guna mepererat tali silatuhrahmi. Aktivitas ini menjadi tradisi penting terkhusus bagi hubungan menantu dan mertua karena lamang menjadi isi hantaran yang diberikan menantu ke mertuanya.
Di beberapa daerah, malamang juga dilakukan pada aktivitas kematian seperti doa 7 hari, 40 hari atau 100 hari salah satu anggota keluarga yang telah meninggal.
Kegiatan malamang dari dulu sampai sekarang masih sering dilakukan, seolah tidak mudah dilupakan oleh masyarakat Pariaman, terlebih  yang tinggal di perkampungan, tentunya budaya serta tradisi ini masih begitu melekat di dalam diri mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H