Salah satu daerah di bagian selatan Jawa Timur adalah Kabupaten Lumajang. Kabupaten ini memiliki 21 kecamatan Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, Randuagung, Jatiroto, Rowokangkung, Yosowilangun, Tekung, Kunir, Tempeh, Sumbersuko, Lumajang, Sukodono, Padang, Gucialit, Senduro, Pasrujambe, Candipuro, Pasirian, Pronojiwo, Tempursari. Berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Probolinggo, sebelah timur dengan Kabupaten Jember, sebelah barat dengan Kabupaten Malang, dan sebelah selatan dengan Samudera Indonesia. Wilayah Kabupaten Lumajang memiliki luas 1.790,90km2 dan secara geografis Kabupaten Lumajang berada pada posisi 112° - 53' - 113° - 23' Bujur Timur dan 7° - 54' - 8° - 23' Lintang Selatan. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 1.147.264 jiwa, tentunya Kabupaten Lumajang mempunyai beberapa masalah-masalah ekonomi yang sampai saat ini masih belum terselesaikan.
Berikut adalah beberapa contoh permasalahan ekonomi di Kabupaten Lumajang
1. Pengangguran
Salah satu permasalahan ekonomi yang menonjol di Kabupaten Lumajang adalah pengangguran. Permasalahan ini berkembang seiring dengan krisis ekonomi yang terjadi saat ini.
Meskipun memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonominya, Kabupaten Lumajang juga menghadapi sejumlah tantangan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat setempat.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ekonomi di Kabupaten Lumajang, di antaranya: Membangun keterkaitan sektoral, Menciptakan motif batik sebagai ikon Kabupaten Lumajang
2. Dampak COVID-19
COVID-19 merupakan virus mematikan yang menyebar di Indonesia 2 Maret 2020 dan menyebar pertama kali di Kabupaten Lumajang pada tanggal 28 Maret 2020. Wabah mematikan ini menyebabkan hampir sebagian warga Kabupaten Lumajang kehilangan pekerjaannya, lockdown, pembatasan mobilitas, dan penutupan bisnis.
Hal ini membuat pendapatan warga menurun dan kondisi perekonomian Kabupaten Lumajang mengalami penurunan.
3. Dampak Letusan Gunung Semeru
Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Gunung ini terletak di Jawa Timur dan masuk dalam kawasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Pada penghujung tahun 2022 tepatnya pada tanggal 4 Desember 2022, gunung ini mengeluarkan “isi perut”nya dan menyebabkan sebanyak 3.697 jiwa dari Kabupaten Lumajang dan 24 jiwa dari Kabupaten Malang mengungsi dan 2.970 unit rumah warga terdampak. Bencana alam ini setidaknya memakan korban luka-luka sebanyak 56 jiwa, 17 jiwa hilang, dan 34 jiwa meninggal dunia. Selain rumah warga dan korban jiwa, bencana ini juga menyebabkan rusaknya 38 fasilitas pendidikan dan satu init jembatan terputus (Gladak Perak).