2. MIR adalah alat riset yang dapat membantu orangtua menemukan bakat terpendam anaknya.
3. Fungsi Penting Hasil MIR
- Sebagai data informasi tentang kondisi psikologis kecerdasan anak
- Sebagai anjuran kepada orangtua untuk melakukan aktivitas kebiasaan/kegiatan kreatif guna memancing dan mengembangkan bakat anak tersebut.
BAB IV – STRATEGI PEMBELAJARAN MI (MULTIPLE INTELLIGENCES)
A. MI Bukan Bidang Studi
1. MI adalah strategi pembelajaran untuk materi apapun, bukan bidang studi. (contoh: kecerdasan linguistik dianggap bidang studi Bahasa Indonesia)
2. Strategi bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya.
B. MI bukan kurikulum
1. MI bukan kurikulum, melainkan strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan oleh silabus.
2. MI sulit diterapkan pada dunia pendidikan yang mengacu pada kurikulum berbasis materi. Kurikulum berbasis materi hanya melihat dan menilai keberhasilan siswa dengan melihat sedikit banyaknya pengetahuan dan hafalan bidang studi.
3. MI cocok bila diterapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi dan komprehensif.
4. Sebagus apapun kurikulum tersebut apabila tidak dijalani dengan strategi belajar yang menarik dan menyenangkan siswa, kurikulum tersebut akan sulit mencapai keberhasilan.
C. Penyakit Disteachia
Penyakit yang diderita oleh guru, yaitu penyakit “salah mengajar” (Thomas Armstrong, Ph.D,.)
Mengandung 3 Virus:
- Teacher Talking Time Guru yang menghabiskan 80% waktunya dikelas untuk berbicara, berceramah, bercerita dan menganggap bahwa mereka didengarkan oleh siswa padahal kenyataannya siswa kebanyakan tidur, mengobrol, dan melamun. Dan guru yang terkena virus ini menganggap itu sudah cukup untuk memenuhi kewajiban mengajar. Dalam strategi pembelajaran, ketika guru mengajar belum tentu siswanya belajar.
- Task Analysis
- Guru biasanya langsung masuk ke penyampaian materi tanpa menjelaskan kegunaan materi dalam kehdupan sehari-hari. Global analysis juga harus diberikan kepada siswa agar mereka dapat mendapatkan gambaran seperti apa materi yang akan diajarkan, Dengan begitu setelah diberikan materi yang sudah dikembangkan/dipecah-pecah, siswa tidak akan bingung karena sudah mempunyai gambaran dari inti materi yang dipelajari. (Global analysis: Puzzle utuh gajah ful, Task analysis: puzzle yang sudah dipecah-pecah)
- TK – SD: lebih baik menggunakan logika deduksi (umum-khusus atau global analysis – task analysis) sedangkan SMP – SMA: kombinasi antara induksi (khusus – umum) dan deduksi.
- Tracking: pengelompokan siswa ke dalam beberapa kelas berdasarkan kemampuan kognitifnya. Output tracking adalah pembagian kelas menjadi kelas untuk anak pintar dan kelas untuk anak bodoh. Contoh: konsep kelas akselerasi. Menurut Thomas Armstrong, perkembangan psikologi dan kompetensi seorang siswa pandai yang masuk dalam kelas khusus anak pandai mempunyai risiko kemunduran tingkat kecerdasan. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi yang menimbulkan ketegangan, apabila seorang siswa tertinggal sedikit saja dari temannya ia akan langsung merasa frustasi dan murung. Itu sangat berisiko buruk bagi perkembangan psikologis pendidikan anak tersebut.