Mohon tunggu...
Imanuel Joseph Phanata
Imanuel Joseph Phanata Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Manusia Biasa

Senang menulis dan meluapkan keresahan dalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pecandu Rokok Sejak Kecil

11 Februari 2023   23:30 Diperbarui: 11 Februari 2023   23:34 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Diumur 7 tahun, saya sering melihat ayah merokok sembari meminum kopi kapal api tanpa gula di teras rumah, ayah saya adalah pecandu rokok, pagi sampai malam tidak pernah berhenti merokok.

Dulu, tahun 2011 rokok ayah saya gudang garam filter isi 16 yang harganya Rp. 9.000, saya bisa tau karna dulu sering diutus untuk membeli rokok ke warung sebelah rumah.

Menginjak umur 11 tahun yang dimana pada saat itu masih kelas 4 SD, timbul rasa ingin mencoba untuk merokok, karna penasaran dengan sensasi yang ditimbulkan

Berbekal 1 batang rokok milik ayah yang saya ambil dari di meja kerja, saya menyelinap masuk ke gudang rumah untuk membakar rokok dan perlahan mengisap, batuk dan tenggorakan terbakar, itulah yang dirasakan awal pertama kali merokok dan disaat itu juga saya membuang rokok ke selokan yang berada di dekat gudang rumah.

Setelah itu timbul rasa menyesal karna telah mencoba merokok, tetapi seminggu kemudian saya mencoba untuk merokok lagi untuk ke dua kalinya, dan yang dirasakan masih sama, batuk, tenggorokan tidak enak, dan menyesal setelah mencobanya dan berakhir rokok itu dibuang.

Tidak berhenti disitu, saya terus mencoba merokok hingga percobaan yang ke tiga, berbeda dengan sebelumnya, percobaan merokok ke tiga kali sedikit membuah kan hasil, yang dirasakan sudah tidak terlalu batuk dan tenggorokan tidak terlalu sakit, karana saya mencoba untuk lebih rileks dan perlahan untuk mengisap rokok dan akhirnya menemukan kenikmatan merokok, tetapi setelah selesai 1 batang pertama, yang dirasakan mual, tangan gemetar dan pusing di waktu yang cukup lama, untungnya pada saat itu saya bisa mengatasi dengan mengirup minyak kayu putih.

Semenjak 'bisa merokok' saya mulai menghabiskan rokok 1-2 batang per hari, dan kemudian naik menjadi lebih banyak hingga bisa 1 bungkus per hari

Kini sudah 8 tahun lebih saya merokok, orang tua juga tau kalau saya merokok tetapi orang tua intinya mengatakan, boleh merokok asal tau batasan dan lebih baik berhenti.

Teman sepantaran saya juga banyak yang merokok, dan kebanyakan mereka merokok pada saat awal masuk SMP karena pergaulan, berbeda dengan saya yang merokok sejak kelas 4 SD karena penasaran melihat sosok ayah yang suka merokok dan sekarang  malah menjadi pecandu rokok

Rokok sudah menjadi hal utama bagi saya dan banyak rokok yang sudah dicoba mulai dari merk abal-abal sampai terkenal, dan karena saya pecandu rokok, segala sesuatu saya mulai dengan merokok, mulai dari sebelum berangkat sekolah, sepulang sekolah, mengerjakan sesuatu, nongkrong dengan teman dan bahkan sebelum menulis artikel ini saya juga merokok dulu.

Rokok adalah teman bagi saya ketika memulai, setelah dan menghadapi sesuatu.

Yang dirasakan ketika merokok adalah kurangnya rasa stres, kemarahan, dan suasana hati terasa tenang, apalagi merokok sambil minum kopi, beuhhh...rasanya nikmat, dan sekarang jadi tau, kenapa ayah saya ketika merokok sambil minum kopi.

Walau saya seorang pecandu rokok, rasanya ingin sekali berhenti karena saya tau kalau rokok sangat membunuh, banyak sekali anak muda yang terkena masalah paru-paru yang disebabkan oleh rokok dan juga termasuk ayah saya yang sekarang harus minum obat setiap hari karena terkena sakit jantung dan sekarang berhenti merokok sejak 2 tahun lalu.

Sebenarnya sudah banyak cara yang dilakukan supaya berhenti merokok, salah satunya beralih menggunakan vape, tetapi itu hanya tahan 6 bulan dan tetap saja saya merokok, memang harus ada niat untuk berhenti, dulu sempat berhenti merokok dan rekor terbesar saya hanya 2 bulan, itupun karena sakit terkena virus corona karena kalau terkena virus corona merokok rasanya tidak enak, hidung terasa terasa terbakar.

Semoga di tahun ini bisa berhenti merokok, walau susah tetapi harus dilakukan dengan sekuat tenaga dan dengan segala cara, memang kalau tidak merokok rasanya gelisah, emosi meningkat, dan timbul rasa tidak nyaman jika beraktivitas, apalagi sesudah makan tidak merokok, wah...rasanya ada yang kurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun