Mohon tunggu...
Indah Puspito
Indah Puspito Mohon Tunggu... Lainnya - Ex-Sekretaris Gereja Katolik di Yogyakarta

Waktu adalah kesempatan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dilema Harga Beras, Antara Petani dan Ibu-Ibu

6 Maret 2024   14:00 Diperbarui: 6 Maret 2024   14:05 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Saya ini hanyalah perempuan yang setelah selesai berkarir, kini hanya lah seorang ibu rumah tangga dengan segala kewajiban sehubungan dengan kodratnya baik sebagai istri maupun Bunda bagi empat orang anak-anak yang kini tumbuh menjadi remaja dewasa.

Segala suka duka kehidupan rasanya sudah lengkap kualami. Mungkin hanya satu yang belum kualami yakni kemewahan. Ahhhh... untuk apa hidup mewah kalau hati dan raganya sakit. Ketentraman hidup itulah yang utama.

Ayem tentrem Urip neng Ngayogyakarta Hadiningrat, kata simbok-simbok. Bawa duit 5000 ke angkringan ibaratnya wes wateg. Hehee...Ning yo tenan kok. Mau coba? Silahkan datang di Yogyakarta. Monggo kulineran.

Tapi akhir-akhir ini ada sesuatu yang menimbulkan gejolak. Cukup membuat pusing emak-emak pun para penjaja warung makan termasuk angkringan yang menjual nasi kucing 2000 perak. Lahhh kalau harga beras sudah melambung meh sundul plafond lakyo marai mumet tujuh keliling. Ya to...

Saya pun sebagai ibu yang selama ini menanak nasi sehari bisa sampai sekilo. Harga beras tidak hanya naik tapi ganti harga begini kan yo sangat terasa sekali di dompet. Bawa duit seratus ribu ke pasar ibaratnya kata orang Jawa rambejaji, ngga cucuk gitu lho.

Di mana-mana demo minta turunkan harga sembako. Karena efek kenaikan beras ternyata harga-harga kebutuhan lainnya juga naik. Piye iki.

Nah ini ada dilemanya. Ternyata demo turunkan harga beras ini kok mendapat tentangan dari petani. Lahh terus piye kalau sudah begini. Penulis merasa kok penguasa negeri ini terasa tidak peka dengan jeritan rakyatnya. Gaji ASN, TNI Polri dinaikkan. Bagaimana nasib kami termasuk para petani.

Semoga ini bukan efek dari pesta demokrasi.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun