Mohon tunggu...
Politik

Masyarakat Permadani

28 November 2016   12:48 Diperbarui: 28 November 2016   12:54 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti permadani yang diduduki dan diinjak oleh yang empunya, begitu pula dengan masyarakat kita yang hidup dan/atau pikirannya dikuasai oleh pemerintah, pers, dan bahkan golongan kita sendiri.

Sekarang ini untuk membuat KTP (Kartu Tanda Penduduk) sebagai tanda kebanggaan kita menjadi Warga Negara Indonesia pun dipersulit. Saya sendiri membutuhkan waktu 2 bulan untuk mendapatkan KTP tersebut dan beruntungnya sampai sekarang belum mendapat KTP sejak bulan September kemarin. Tetapi lain cerita jika kita mempunyai kenalan dan mau memberi sedikit uang kepada staff kecamatan yang mengurusi masalah pembuatan KTP tersebut. Salah seorang teman saya pada hari yang sama saat foto KTP langsung mendapatkan KTP dengan memberi uang pada pembantunya yang suaminya mempunyai kenalan staff kecamatan. Sebenarnya apakah yang terjadi pada pemerintah sekarang? Bahkan, pemerintahan kecil seperti kecamatan sendiri mempunyai sisi hitamnya. Bagaimana dengan skala yang lebih besar seperti pemerintahan Indonesia sendiri? Entahlah…

Ada peristiwa menarik lagi selain itu, ialah pers. Seperti yang saya tulis sendiri, tulisan ini sendiri sedikit banyak dapat mempengaruhi pikiran para pembaca. Seperti pada paragraf atas, pembaca dapat berpikir bahwa kecamatan itu salah. Memang sudah rahasia umum bagi kita, namun dapat memberi pengaruh yang lebih besar untuk  menyatakan bahwa kecamatan itu salah. Selain itu, seperti halnya sidang Jessica yang sudah lama terselesaikan (tapi masih ada season 2) pers mempengaruhi pandangan kita terhadap Jessica. Pada awal persidangan, pers berpihak kepada keluarga Mirna. Dan pada akhir-akhir persidangan beberapa pers dapat mempengaruhi kita bahwa Jessica tidak bersalah dan membuat kita berpihak pada Jessica. Kita memang mengetahui dan mengikuti fakta persidangan, namun pengaruh pers lebih besar dibanding yang kita pikirkan untuk menguasai dan mengubah pandangan kita.

Dan  yang terakhir adalah golongan kita sendiri. Tentunya setiap dari kita mengikuti berita tentang penistaan agama yang dilakukan oleh Bapak Ahok , walaupun kita sendiri bukanlah penduduk Jakarta. Namun, mengapa berita ini diikuti oleh banyak orang di luar Jakarta? Karena ini adalah masalah agama. Dari kasus SARA, yang paling menarik jika ada suatu masalah adalah kasus mengenai agama. Indonesia yang plural dengan berbagai suku, agama, ras, dan antar golongan dapat menjadi satu kesatuan karena mempunyai toleransi yang tinggi antar masyarakatnya.

Namun, yang terjadi adalah berbeda dengan harapan kita. Kembali lagi mengenai masalah kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Bapak Ahok tentunya bagi kita yang minoritas mempercayai bahwa Bapak Ahok pasti tidak bersalah. Dan bagi kita yang mayoritas ada yang menganggap Bapak Ahok bersalah atau tidak bersalah. Dan itu semua terjadi karena pengaruh pers dan golongan kita. FPI salah satu organisasi yang yakin dan percaya bahwa Ahok 100% bersalah atas pernyataannya dan berharap Ahok segera dihukum atas pernyataannya membuat anggota organisasi itu pun yakin bahwa Ahok bersalah. Ditambah lagi dengan fatwa MUI yang menyatakan bahwa Ahok melakukan penghinaan terhadap Alquran dan penghinaan kepada ulama. Demo lanjutan 4 November kemarin akan dilaksanakan 2 Desember nanti dan akan kita lihat apa yang akan terjadi.

Dibalik kasus Ahok tersebut pastinya dipengaruhi oleh Pilkada yang berjalan di Jakarta sekarang. Walaupun tidak ada bukti ada penunggang dibalik kasus Ahok ini, masyarakat sudah dapat menilainya. Seperti halnya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Antasari Azhar, masyarakat dapat menilainya sendiri.

Untuk bagian akhir, sebenarnya saya sendiri merasa takut untuk menulis tentang artikel ini karena walau kita bebas berpendapat sekarang sedang musimnya lapor melaporkan orang. Ada sebuah kutipan dari seseorang “Mata tak berpenghalang menghasilkan penglihatan. Telinga tak berpenghalang menghasilkan pendengaran. Hidung tak berpenghalang menghasilkan penciuman. Dan pikiran tak berpenghalang  membuahkan kebijaksanaan.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun