Di sekolah sering terjadi seorang siswa merasa dipermalukan. Ada banyak sebab seperti diejek teman, ditertawakan karena bajunya robek, dimarahi guru karena nilai jelek, dan sebagainya.
Pernahkah Anda mengalaminya? Tentu tidak enak sekali bukan?!
Rasa malu itu berakibat burukÂ
Rasa malu yang tak terobati akan meninggalkan bekas mendalam di hati. Jika rasa malu itu bertubi-tubi menimpa, maka bekasnya bisa menjadi sebuah luka.
Luka di hati itu sukar diobati dan berakibat buruk pada penderitanya. Penderita luka hati bisa menjadi minder, tidak percaya diri, pendiam namun pemberontak, Â dan sejenisnya.
Jangan biarkan perasaan malu siswa membekas di hatiÂ
Siswa datang di sekolah itu untuk belajar. Bukan hanya belajar baca tulis hitung dan ilmu mata pelajaran. Namun juga belajar bersosialisasi dan berbagai aspek kehidupan.
Karena di sekolah siswa berinteraksi dengan guru, teman, dan lingkungan secara heterogen, maka rentan mengalami peristiwa rasa malu. Â Hal itu terjadi karena seorang siswa belum mampu atau kurang bisa menyesuaikan diri dengan baik.
Idealnya memang siswa diharapkan bisa segera beradaptasi baik dengan teman, guru mupun lingkungan sekolah. Namun, tidak demikian kenyataannya.Â
Dari sekian siswa di kelas selalu saja ada satu atau dua siswa yang gagal menyesuaikan diri yang akibatnya dia menjadi disiksa oleh rasa malu dan tidak percaya diri.
Biasanya, siswa yang mengalami kegagalan penyesuaian diri justru mendapatkan bulliying dari kawan-kawannya. Bahkan, kadang tanpa sengaja gurunya juga ikut membulliying. Maka, siswa yang mengalaminya tadi berpotensi menjadi anak yang tertekan.