Nak, kalian di rumah sedang apa?
Setahun sudah corona, bapak benar-benar merana.
Kelas kita tak lagi bisa bersedupa seperti biasa.
Kalian sekarang sedang apa?
Senin, bapak menyapa di grup WA.
Cuma Dino dan Dini yang menanggapi.
Debar hati, dada bapak menyesak.
Dengar kuota kalian tak lagi mencukupi.
Selasa, bapak berniat berbagi.
Menyusuri gang hingga ujung sekali.
Satu dua bapak temukan hidup kalian terabaikan.
Sesak dada bapak memuncak merasakan himpitan.
Rabu dan Kamis, air mata meniris. Bapak menangis tipis di ujung rautan pinsil.
Hati bapak perih demi pendar belajar kalian yang memudar.
Sebab corona memaksa kita tak bercengkerama di gobak sodor tikar ilmu.
Sersebab orang tua melupakanmu demi perut sehari demi sehari.
Lantas Jumat Sabtu bapak ingin pastikan ilmu tak berkarat di kepala.
Bapak ajak kalian bersemuka lewat live streaming-an.
Namun, ribuan gusar menggelobang hendak matikan harapan.
Panggilan bapak terabaikan menghampa kecuali Dino dan Dini saja.
Minggu pilu berkabut sendu.
Bapak biarkan hati mengelana.
Merindu kalian melahap buku-buku.
Seperi kijang haus merindukan tetesan ilmu.
Nak, getir corona ini bukan untukmu, kalian belum mampu.
Biarkan bapak tidurkan di sini.
Pada lembaran waktu cengkeraman corona.
Pasti kelak kalian menemukannya.
Semarang, Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H