Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pelangi Senja

27 Mei 2020   20:38 Diperbarui: 27 Mei 2020   20:35 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi. Saat Senja Tiba

Bila pelangi senja sudah mengelana
Dan warna warna menghias fatamurgana
Hati ini tak henti berbunga
Menanti di asap kepulan dupa

Bila senja telah mengurai rupa
Dan sajadah kehidupan sudah terhampar
Mulut ini terus mengejar
Membasuh luka-luka yang tersisa

Bila senja kumandangkan peringatan
Dan tajam ayat menghujam sukma
Telinga ini tak henti mengoreksi
Mengeja kata yang masih melukai

Bila senja masih sabar mengambang
Dan ada balutan selendang wara-warna
Jiwa ini bergelora ingin bersegera
Menari di atas titian pelangi senja

Bila senja dilukai cakar kaki camar
Dan jingga darah membuncah segar
Kaki ini akan terus berlari mencari
Melewati titian selendang pelangi

Hingga sampai perhentian di seberang lautan
Hingga lembut terdengar nyanyian penyambutan
Hingga kulepaskan duka-duka yang memberatkan
Hingga tinggal alunan doa doa terus memuja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun