Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Lonjakan Harga Beras dan Manajemen Karbohidrat

20 September 2023   19:31 Diperbarui: 21 September 2023   17:28 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi beras. Gambar: Kompas com/Muchamad Dafi Yusuf.

Pukul 11.00 Wita, suasana pasar tradisional di Kelurahan Niki-niki, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, masih ramai. Biasanya setelah pukul 12.00 Wita, pengunjung dan penjual akan perlahan bubar. Hari ini Rabu (20/9/2023) memang merupakan hari pasar yang seminggu sekali.

Para pengunjung pasar merupakan warga dari Kecamatan Amanuban Tengah dan kecamatan-kecamatan sekitarnya, seperti Polen, Oenino, Fautmolo, Ki'e, dan Kuatnana. Mereka terlihat berbelanja berbagai kebutuhan sehari-hari, termasuk beras.

Di gerbang pasar, tampak beberapa ibu mengerumuni seorang pedagang beras. Sang pedagang beras tidak berjualan di lapak atau kios, namun hanya meletakkan karung berisi beras dan timbangan di tepi jalan. 

Pedagang beras tersebut sibuk tak henti mengambil beras dari karung untuk menimbangnya lalu mengemas dan menyerahkan kepada pembeli yang antre. Pembeli beras seolah tak putus, mereka datang dan pergi silih berganti.

Saya kemudian bertanya ke salah satu pembeli. Ternyata harga beras tersebut Rp 12.000 per kilogram. Beras dalam karung kuning tersebut butiran yang sebagian pecah dan warnanya tidak jernih.

Di tengah hiruk-pikuk pasar yang padat pengunjung, saya iseng memantau harga beras di penjual lainnya. Rata-rata harga beras di kisaran Rp 13.000 - Rp 15.000, bergantung pada kualitasnya. Ternyata beras termurah adalah yang berharga Rp 12.000 dan peminatnya lumayan banyak.

Beras yang murah tampilannya tidak jernih/bersih dan butirannya banyak pecah-pecah. Sementara itu, beras yang mahal butirannya bersih dan tidak pecah-pecah. Beberapa pembeli terlihat kerap mengambil segenggam beras untuk mengecek kualitas beras. Ada yang sampai mendekatkan beras ke hidung untuk sekadar mengetahui aroma beras.

Saat saya menghampiri sebuah kios, si bocah pedagang langsung mengambil segenggam beras dan mempromosikannya. "Beras bersih, 15 ribu", begitulah katanya. Dagangan beras di pasar ini kebanyakan tanpa label harga per kilogram sehingga pembeli harus menanyakan lebih dahulu.

Sekilas memantau pasar, pembeli kebanyakan hanya membeli beras kiloan, bukan sekarung. Ada yang membeli 10 kg, 5 kg, bahkan 1 kg, bergantung uang dan kebutuhan. Warga dengan kemampuan ekonomi yang pas-pasan bahkan lemah sangat kesulitan membeli sekarung beras 40 kg yang harganya sangat berat.

Sementara itu, di depan Kantor Pos Giro Niki-niki yang berada di samping pasar, sebuah truk sedang menurunkan beras. Pastinya itu adalah beras bantuan untuk warga miskin. Semoga beras bantuan tersebut dapat meringankan beban warga penerima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun