Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tata Krama Atoin Meto dalam Menyebut Orang Lain

27 Maret 2023   19:11 Diperbarui: 27 Maret 2023   19:17 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang Timor (Atoin Meto) di Amanuban dalam sebuah parade budaya. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Dalam tulisan sebelumnya berjudul Tata Krama Atoin Meto di Jalan,  sudah ada ulasan tentang tata krama Atoin Meto (orang Timor) dalam bertegur sapa di jalan. Kali ini ulasan masih tentang tata krama Atoin Meto namun dalam hal menyebut atau memanggil orang lain.

Secara umum kita orang Indonesia biasa menyebut orang lain sebagai pak, ibu, om, tante, kakak, adik, kakek, nenek, saudara, saudari, dll. Sebutan-sebutan tersebut memiliki padanan katanya dalam berbagai bahasa daerah. Masyarakat menggunakannya untuk menyebut orang lain sebagai bentuk kesopanan terhadap orang tersebut.

Dalam Bahasa Dawan, bahasanya Atoin Meto khususnya dialek Amanuban, ada juga sebutan-sebutan untuk orang lain. Ama (bapak), ena (ibu), baba mone (om), baba feto (tante), oli (adik), tata (kakak), nao (saudara laki-laki), feto (saudara perempuan), nai/ba'i (kakek), be/nene (nenek), moen feu (anak menantu laki-laki), nane (anak menantu perempuan) dan bae (ipar).

Sebutan untuk om dan tante biasanya hanya menggunakan sebutan bab atau baba. Menyebut ponaan laki-laki juga bisa sebagai moen feu atau an mone (anak laki-laki) sedangkan menyebut  ponaan perempuan dengan sebutan an feto (anak perempuan).

Selain itu biasanya menyebut kakak dari ayah atau ibu dengan sebutan besa. Kata besa merupakan serapan dari bahasa Indonesia yaitu besar. Sedangkan menyebut adik dari ayah atau ibu dengan sebutan kici yang merupakan serapan dari Bahasa Indonesia yaitu kecil.  

Di kalangan Atoin Meto, dalam menyebut orang lain juga biasa dengan menyebut akum dari marga orang tersebut sebagai sebuah tata krama. Akum merupakan nama sapaan atau sebutan untuk suatu marga. Setiap marga Atoin Meto memiliki akum dengan sejarahnya tersendiri. Ada beberapa marga yang memiliki akum yang sama dan ada juga satu marga yang bisa memiliki beberapa akum.

Akum dari marga Atoin Meto misalnya Lopis (Nifu), Benu (Lunu), Liufeto (Namo), Kause (Tae), Nomleni (Seki), Boimau (Natu), dll. Untuk menyapa atau menyebut seseorang dengan akum, harus mengetahui lebih dahulu akum dari marganya. 

Dalam keseharian Atoin Meto khususnya di kampung, biasanya saling menyapa atau menyebut dengan akum sehingga sudah menghafal akum dari orang-orang sekampung. Jika tidak mengetahui akum dari marga seseorang terkadang harus menanyakannya.  

Dalam menyebut akum seseorang, bisa mengkombinasikan dengan sebutan lain untuk orang tersebut. Misalnya bae (ipar) memiliki akum Nifu, bisa menyebutnya bae Nifu (ipar Nifu). Seorang tante yang memiliki akum Lunu bisa menyebutnya tante Lunu, nenek yang memiliki akum Tae bisa menyebutnya nenek Tae, dst.

Selain itu, Atoin Meto juga biasa menyebut atau memanggil seseorang dengan nama anak pertama dari orang tersebut atau menyebutnya sebagai ayah/ibu dari anak tersebut. Misalnya seorang laki-laki memiliki anak pertama bernama Messi, kita menyebut Messi amaf (ayahnya Messi) dan istrinya kita sebut dengan Messi enaf (ibunya Messi). Menyebut atau memanggil ayah dan ibunya Messi bisa juga langsung dengan nama Messi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun