Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Sebagai bangsa yang berbudaya, kita memiliki kebiasaan-kebiasaan yang merupakan tata krama dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain.Â
Tata krama sebagai suatu bentuk kesopanan. Salah satu tata krama yaitu bertegur sapa dengan orang lain.
Di kalangan orang Timor (Atoin Meto) khususnya di wilayah Amanuban, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, bertegur sapa dengan orang lain adalah taseon.Â
Kata taseon sebagai bentuk jamak dan memiliki arti kita bertegur sapa. Orang Timor di Amanuban biasanya bertegur sapa dengan orang lain menggunakan Bahasa Dawan dialek Amanuban juga.
Taseon biasanya saat berpapasan, hendak mendahului atau melintas di depan orang lain. Memiliki arti juga sebagai pamit untuk pergi namun ulasan ini hanya fokus pada tegur sapa di jalan.Â
Taseon terjadi saat berjalan kaki atau berkendara melalui jalan desa yang tak beraspal dengan kecepatan sangat rendah sehingga adanya kontak dengan orang lain.
Ketika berpapasan dengan orang lain di jalan, ucapannya, neu, neu pa, au auba pa, auba pa atau koenok pa. Ucapan neu atau  neu pa dalam Bahasa Indonesia artinya ayo atau mari dan merupakan bahasa rendah.Â
Au auba pa artinya saya persilakan dan auba pa artinya silakan. Koenok atau koenok pa artinya silakan jalan. Auba dan koenok merupakan bahasa tinggi atau sopan dalam Bahasa Dawan.
Saat hendak mendahului orang lain, ucapannya yaitu neu (ayo), au uhun (saya dahulu), temat au hun (mari, saya dahulu), atau auba pa (ayo, mari).Â
Ketika akan melintas di depan orang yang sedang duduk, berdiri atau beraktifitas di tempatnya, ucapan kepadanya adalah au fin (saya terus) atau neu pa (ayo, mari). Â Â