Pada awal musim hujan, para petani di Timor, Nusa Tenggara Timur  biasanya menanam jagung varietas lokal bersama kacang. Empat biji jagung bersama dua biji kacang dalam satu lubang. Kacang kemudian akan tumbuh dan merambat di batang jagung. Â
Kacang tersebut adalah kacang tunggak (Vigna unguiculata L). Populer di Timor dengan sebutan kacang campur karena menjadi campuran saat memasak jagung. Dalam Bahasa Dawan kacang ini memiliki nama fua naes atau kacang berbiji besar. Tanaman merambat ini mampu tumbuh subur di alam yang kering dengan curah hujan sedikit. Â
Kacang tunggak sekarang sudah memasuki musim panen untuk menjadi bahan konsumsi. Bijinya  sudah padat dan berisi. Di pasar-pasar tradisional banyak yang menjual kacang tersebut. Â
Selain sebagai campuran masakan jagung, orang di Timor mengolah kacang menjadi camilan dan sayur pendamping nasi. Olahan kacang tersebut akrab dengan nama kacang saronde.
Untuk membuat saronde, setelah mengupas biji kacang dari kulitnya kemudian mengupas lagi kulit arinya. Mengupas kulit ari dengan cara menekan mata biji kacang dengan kuku ibu jari hingga kulitnya sobek lalu tekan bagian bawah sehingga isi kacang keluar dari kulit ari.Â
Kacang  harus yang masih muda sehingga mudah mengupas kulit arinya. Jika kacang sudah tua, kulit ari akan menempel dengan keras sehingga sulit mengupasnya.
Akibat tidak adanya alat bantu, mengupas kulit ari kacang satu per satu secara manual dengan tangan. Biasanya mengupas kulit ari secara gotong-royong dengan orang lain. Agar kulit ari lebih mudah terkelupas, harus mengucak kacang dalam kain atau merendamnya dalam air terlebih dahulu.
Setelah proses mengupas kulit ari selesai, selanjutnya tinggal mengolah kacang tersebut menjadi camilan atau tumisan sayur. Untuk membuat camilan tinggal menggoreng kacang hingga garing lalu menambahkan bumbu atau penyedap sesuai selera.Â