Niki-niki biasanya ramai setiap hari Rabu karena merupakan hari pasar yang seminggu sekali. Warga dari kecamatan sekitar biasanya berbondong-bondong ke pasar ini untuk urusan jual beli. Bule-bule pelancong yang melintas pada hari Rabu kerap mampir ke pasar ini untuk membeli sarung tenunan dan berbagai aksesoris pakaian adat. Para penenun menjual langsung hasil tenunannya di pasar ini sehingga harga lebih murah.
Pada zaman dahulu, Niki-niki merupakan pusat Kerajaan Amanuban. Sonaf atau istana Raja Nope saat ini sebagai objek wisata sejarah. Di istana ini dulu raja dan pasukannya bertempur melawan Belanda.
Sejarah asal-usul nama Niki-niki juga berkaitan dengan Raja Nope. Menurut cerita lisan yang beredar di masyarakat, konon saat raja berjalan dengan anjingnya, peliharaannya itu melihat-lihat ke belakang. Dalam Bahasa Dawan, melihat-lihat ke belakang padanan katanya nik-nik. Sejak itu nama tempat ini adalah Niki-Niki.
Inilah sekilas cerita tentang Niki-Niki, sebuah kota kecil di pertengahan jalan trans Timor. Semoga tulisan ini menjadi referensi bagi para pelaku perjalanan di Timor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H