Caesar Archangel Hendrik Meo Tnunay alias Nono, bocah kelas II SD Inpres Buraen 2, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, NTT, beberapa waktu lalu viral karena juara I Â kompetisi matematika dan sempoa internasional. Prestasi Nono ini menjadi sebuah motivasi dan inspirasi bagi anak-anak sekolah dasar untuk belajar berhitung termasuk menggunakan sempoa.
Sekolah-sekolah dasar sekarang ini sudah mendapat guyuran dana operasional sekolah sehingga dapat mengadakan sempoa. Anak-anak SD pun bisa belajar berhitung dengan sempoa. Beberapa tahun yang lalu sebelum sempoa hadir sebagai alat bantu berhitung di tingkat SD, para siswa khususnya di beberapa daerah pinggiran atau pelosok di Timor menggunakan potongan ranting hau kopas untuk berhitung.
Hau kopas merupakan sebutan populer dalam bahasa Dawan di Timor  untuk lantana (Lantana camara). Dulu sejumlah sekolah dasar mewajibkan siswanya memiliki seikat hau kopas sebanyak 100 batang dengan panjang sekitar 10 cm. Dari 100 batang terbagi lagi dalam 10 ikat dengan jumlah per ikat 10 batang. Potongan ranting lantana tersebut selalu ada dalam tas para siswa. Ketika pelajaran Matematika, para siswa mengambilnya untuk belajar berhitung dengan guru. Siswa juga menyelesaikan hitungan dalam soal Matematika dengan menghitung hau kopas. Misalnya ketika siswa hendak menghitung 3+4, dia mengambil 3 batang hau kopas lalu menambah lagi 4 batang. Setelah itu menghitung jumlahnya untuk mendapatkan hasil penjumlahan.
Potongan ranting lantana menjadi alat bantu berhitung seperti stik matematika pada zaman sekarang ini yang tersedia di pasaran dengan aneka rupa. Lantana tumbuh liar dan melimpah sehingga mudah mendapatkannya. Rantingnya ringan dan awet sehingga bisa menggunakannya dalam jangka panjang.
Pada tahun 90-an saat saya duduk di bangku SD, kami juga berlajar berhitung dengan hau kopas. Hingga tahun 2000-an, para siswa di SD almamater saya yang terletak di daerah pinggiran ini  masih berhitung dengan hau kopas. Mungkin karena para siswa di SD kami ini belajar berhitung dengan hau kopas, orang-orang di kota menjuluki sekolah kami ini dengan sebutan "SD hau kopas" atau "SD lantana". Saat ini para siswa sudah menggunakan sempoa untuk belajar berhitung.
Pada masa yang lebih lampau saat para orang tua masih duduk di bangku SD, mereka berlajar berhitung menggunakan ranting bambu dengan potongan sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti centang (). Salah satu ujung ranting bambu yang memiliki kait ini dalam Bahasa Dawan akrab dengan sebutan o makai, artinya bambu berkait.
Saat belajar berhitung, guru mengambil potongan ranting bambu tersebut lalu menggantung atau mengaitkannya pada rentangan tali yang sudah ada di depan kelas. Misalnya saat belajar 1+1=2, guru mengambil sepotong ranting bambu lalu mengantungnya di tali kemudian menambahkan sepotong lagi lalu menghitung jumlahnya. "1 o makai + 1 o makai = 2 o makai" atau "1 bambu berkait + 1 bambu berkait = 2 bambu berkait". Â Â
Hau kopas dan o makai pada zaman dulu di pelosok Timor merupakan alat bantu atau peraga yang membantu para siswa SD dalam belajar berhitung. Selain hau kopas dan o makai, mungkin saja ada alat berhitung dari material lain dengan namanya tersendiri.
Saat ini para siswa SD sudah belajar berhitung menggunakan sempoa tapi mungkin saja ada yang masih menggunakan hau kopas. Kehadiran hau kopas dan o makai merupakan kreatifitas para guru dalam memanfaatkan alam sekitar untuk mengajari siswanya berhitung.Â
Sekarang ini dalam pelajaran berhitung di sekolah dasar yang ada di perkotaan, selain menggunakan sempoa  juga menggunakan stik matematika. Mereka membeli stik matematika yang tersedia di pasaran  atau mengkreasikannya sendiri dari stik es krim, dll. Stik matematika para pelajar di kota ini fungsinya sama seperti hau kopas dan o makai dalam belajar berhitung pada zaman dulu di pelosok Timor.
Semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi para guru SD di pelosok-pelosok khususnya di Timor dalam mengajar Matematika kepada para siswanya. Memanfaatkan alam sekitar atau kearifan lokal yang pernah ada seperti hau kopas dan o makai dalam berhitung.
Guru bisa mengkreasikannya lebih bagus dan menarik dalam belajar berhitung dengan muridnya. Â Semoga banyak anak dari pelosok yang pintar berhitung dan bisa menjadi juara dunia dalam kompetisi Matematika seperti Nono. Â Â Â Â