Panas terik yang garang serasa memanggang
Hatiku mengerang dan hanya bisa menarik nafas panjang
Entah di mana pohon rindang dan angin sepoi yang bisa bikin tenangÂ
Oh, rupanya di seberang jalan ada beberapa pohon lontar punya setitik bayang Â
Tapi sayang pagar membentang dan membenteng
Penjaga siaga dalam pos kecil di pintu gerbang
Ini hotel mentereng yang terpampang
Sungguh aku rindu rimbunan pohon-pohon kelapa dan lontar nan rindang
Dulunya di sini kelapa dan lontar tumbuh berdesakan jadi hutan kecil di pantai karang
Daun-daunnya menari-nari dan berdendang
Ikuti angin yang datang menerjang dan menabuh ombak jadi genderang
Orang-orang bebas datang, melenggang dan melanglang
Bercengkrama bersama si ayang
Hanya makan sekantong kacang dengan recehan dan bersenang-senang
Memandangi hamparan birunya Teluk Kupang yang tenang dan Pulau Kera di seberang
Berlari-lari di pantai, mencari kerang dan bermain pasir di antara bongkahan karang
Itu dulu, kini mungkin aku harus chek in untuk bisa masuk berlalu lalang
Sekedar nongkrong di bawah pohon lontar terakhir yang masih berdiri dengan setitik bayang rindang
(Kota Kupang-NTT, pada suatu hari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H