Gambar di atas merupakan hasil karya Baden Powell yang terdapat dalam salah satu bukunya, Scouting for Boys. Dari gambar tersebut secara tersirat tampak bahwa adanya sebuah ikatan persaudaraan antarpandu sedunia, scouts brotherhood. Ikatan persaudaraan ini diawali sejak seorang pandu mengucapkan janjinya, Scout Promise, atau bagi para Pramuka disebut dengan Tri Satya. Scout Promise atau Tri Satya menitikberatkan janji seorang pandu/Pramuka untuk menjalankan kewajibannya terhadap Tuhan dan negara, menolong sesama hidup, dan mematuhi Scout Law atau Dasa Darma.
Gerakan kepanduan sendiri pada prinsipnya bertujuan untuk dapat berkontribusi dalam mengembangkan para pemuda dalam meraih potensinya secara penuh dalam kemampuan fisik, intelektual, emosi, sosial, dan spiritual sebagai seorang individu dalam tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan bagian dari komunitas lokal, nasional, dan internasional (Constitution of World Organization of Scout Movement, 2011).
Di tiap negara anggota WOSM, terdapat sebuah NSO (National Scouting Organization). Di Indonesia, NSO-nya adalah Gerakan Pramuka. Tiap NSO memiliki tujuan yang tertuang di anggaran dasarnya masing-masing yang tidak jauh berbeda dengan tujuan gerakan kepanduan yang tertuang dalam Constitution of WOSM tersebut.
Kesamaan tujuan, janji, dan hukum/darma menjadikan seluruh pandu (Pramuka) di seluruh dunia sebagai satu kesatuan. Satu kesatuan dalam hal bersama-sama menjalankan kewajibannya terhadap Tuhan dan negara, menolong sesama, dan mematuhi darma. Hal ini menjadikan para pandu (Pramuka) tersebut adalah saudara bagi satu dan lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Baden Powell bagi para Penegak (Rover), “Rovers are brotherhood of open air and service”. Biarpun ditujukan bagi para Rover tapi hal ini juga berlaku bagi para pandu (Pramuka) pada umumnya karena seorang pandu(Pramuka) berkegiatan di alam terbuka dan memiliki daily turn of good atau kewajiban untuk berbuat baik setiap hari.
Baden Powell sendiri menyatakan dalam Scouting for Boys bahwa dalam hal persaudaraan antarpandu yang universal, sudah selayaknya sesama pandu (Pramuka) memperlakukan saudaranya dengan baik ketika bertemu. Hal ini menunjukkan bahwa persaudaraan antarpandu memang benar adanya. Persaudaraan yang besar ini juga merupakan sebuah metode yang revolusioner dalam rangka pembangunan masyarakat global (global society).
Menurut Jan Aart Scholte, masyarakat global sendiri dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang memiliki pemikiran secara meluas, tidak lagi terbatas pada batas suatu negara. Tetapi bersifat universal dan mengglobal. Tidak hanya peduli terhadap permasalahan di negaranya saja, tapi juga mencakup masalah orang-orang di negara lain.
Dengan demikian, diperlukan pendidikan bagi para warga untuk memberi kesadaran bagi mereka perihal tanggung jawab mereka sebagai bagian dari komunitas lokal, nasional, dan terutama global. Perihal pendidikan global ini, pendidikan diarahkan pada pengembangan wawasan global yang mempersiapkan anak didik generasi muda menjadi manusiawi, rasional, dan sebagai warga yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan global yang kelak akan penuh saling ketergantungan (Jan Tucker dikutip oleh Winarno Narmoatmojo(2009)).
Hal ini disebabkan tantangan pada abad ke-21 sudah bukan lagi mengenai dapat hidup dan bertahan di lingkungan interaksi lokal dan nasional, melainkan juga lingkungan global sebagai akibat dari globalisasi. Hal tersebut menjadikan diperlukannya kesadaran dari tiap orang bahwa mereka selain sebagai seorang warga negara, sejatinya mereka adalah warga global (global citizen). Gerakan kepanduan sebagai sebuah organisasi yang mapan dan memiliki jaringan luas memang tepat apabila dijalankan untuk menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat, khususnya para pandu(Pramuka) anggotanya, sebagai warga global (global citizen).
Pembangunan masyarakat global tersebut selaras dengan visi gerakan kepanduan dunia, Creating a Better World. Dalam rangka pembangunan masyarakat global ini, telah banyak kegiatan yang dilakukan oleh gerakan kepanduan secara internasional untuk mengembangkan kesadaran para pandu(Pramuka) sebagai warga global (global citizen). Program seperti messenger of peace, ticket to life, dan bermacam service project lainnya merupakan program yang digalang untuk menumbuhkan kesadaran dan memberi kontribusi dalam rangka membangun kesadaran para pandu(Pramuka) sebagai seorang warga global yang saling bersaudara.
Perlu diperhatikan bahwa gerakan kepanduan dalam melaksanakan berbagai macam program tersebut tentunya tidak dapat berdiri sendiri. Hal ini disebabkan gerakan kepanduan merupakan bagian dari masyarakat dan bagian dari komunitas lokal. Gerakan kepanduan membutuhkan kemitraan dengan pihak lain, mulai dari individu hingga lembaga/organisasi di tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional. Kemitraan sejatinya dapat menciptakan kegiatan yang terorganisasi dengan pihak lain sehingga dapat menghasilkan benefit yang tidak mungkin didapat apabila gerakan kepanduan hanya bergerak sendiri (World Scout Bureau, Scout.Boom.Comm, 2009).
Akan tetapi, menurut penulis, seringkali gerakan kepanduan cukup sulit untuk berkembang. Apalagi di tingkat lokal. Kurangnya image mengakibatkan kurangnya nilai tawar gerakan kepanduan dalam kancah pembangunan masyarakat. Hal ini diakibatkan adanya pandangan di beberapa kalangan bahwa gerakan kepanduan merupakan gerakan yang eksklusif di dalam lingkungannya sendiri.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan pandangan penulis, kebanggan sebagai seorang pandu(Pramuka) seringkali menjadi kebanggaan semu. Seringkali gerakan kepanduan dipandang sebelah mata dan lebih sebagai “pelajaran” bagi para siswa sekolah. Hal ini juga tidak lepas dari kurangnya pemahaman mengenai gerakan kepanduan di masyarakat awam dan ditambah dengan seringnya kegiatan kepanduan/kepramukaan yang dilaksanakan kurang menampakkan esensi dan manfaat yang jelas. Di lapangan, seringkali makna dari gerakan kepanduan tidak dipahami oleh para Pramuka tersebut. Hal ini berimbas buruk bagi pencitraan Gerakan Pramuka sebagai sebuah gerakan pendidikan kepanduan di Indonesia.
Padahal jika sebuah gerakan kepanduan hendak mencapai visinya, Creating a Better World, maka diperlukan upaya yang luar biasa berdasarkan kerja bersama yang berasas pada persaudaraan. Selain itu, diperlukan juga sumber daya yang besar untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pencapaian visi tersebut. Sumber daya yang besar dan pencapaian visi tersebut mustahil didapat apabila gerakan kepanduan hanya berdiri sendiri. Diperlukan kemitraan dengan pihak lain di luar gerakan kepanduan untuk dapat saling menguatkan. Kemitraan sendiri akan sulit dicapai apabila tidak ada komunikasi yang baik dari gerakan kepanduan tersebut. Sementara komunikasi yang baik ditopang oleh image yang baik dari sebuah gerakan kepanduan. Image itu sendiri merupakan citra dari gerakan kepanduan tersebut yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di lapangan. Tentunya kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sejalan dengan visi dari gerakan kepanduan dunia, Creating a Better World.
Hal tersebut mengakibatkan terbentuknya sebuah siklus yang berkesinambungan yang saling mengakibatkan bagi satu sama lainnya.
Sebagai catatan, tujuan dari komunikasi dari gerakan kepanduan itu sendiri adalah untuk menampilkan image dari gerakan kepanduan. Strategi ini tidak lepas dari strategi dalam dunia bisnis perihal komunikasi perusahaan. Menurut McGraw-Hill, tujuan dari komunikasi perusahaan adalah untuk membangun dan mengatur image dari perusahaan. Sebagai pengungkap identitas dari perusahaan, image tersebut haruslah menampilkan seperti apa perusahaan tersebut, apa yang hendak dilakukan, apa yang diketahui mengenai cara mencapainya, dan apa yang dilakukan (World Scout Bureau, 2009).
[caption id="attachment_309809" align="aligncenter" width="373" caption="Berikut adalah diagram siklus atas upaya dalam pencapaian visi kepanduan dunia, Creating a Better World."]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gerakan kepanduan merupakan sebuah gerakan yang universal, dengan jumlah anggota yang sangat banyak dan tersebar di seluruh belahan dunia dimana antaranggotanya merupakan saudara satu sama lain yang terikat oleh janji bersama untuk melaksanakan kewajiban bagi Tuhan dan negara, menolong sesama hidup, dan menepati Scout Law/Dasa Darma. Persaudaraan besar yang besar ini terhimpun dalam satu gerakan kepanduan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran untuk berkontribusi sebagai bagian dari masyarakat di tingkat lokal, nasional, dan global.
Secara global, gerakan kepanduan memiliki visi Creating a Better World. Dalam mencapai visi tersebut diperlukan usaha besar dan sumber daya yang besar. Sumber daya tersebut didapat berdasarkan kemitraan dengan pihak lain yang saling menguatkan berdasarkan komunikasi yang baik yang ditimbulkan atas image yang baik dari gerakan kepanduan melalui kegiatan-kegiatannya. Maka, diperlukan kegiatan-kegiatan yang baik dan memiliki esensi yang tampak di mata masyarakan untuk dapat menghasilkan image yang baik pula sehingga bermanfaat bagi gerakan kepanduan ke depannya.
Salam
Imanta Azaki
Penegak Ambalan Dipati Ukur
Gugus Depan Kota Bandung 08033
saat ini berkuliah di :
Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung
Daftar pustaka :
Amalvy, Richard, ed. 2009. Special Edition on Communication, Abridged Version of The Updated 2nd Edition of Scout.Boom.Comm. World Scout Bureau.
Narmoatmojo, Winarno. 2009. Dinamika Peradaban Global dan Pengaruhnya bagi Negara Bangsa. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.
Scholte, Jan Aart. 1999. Global Civil Society: Changing the World?. University of Warwick. Coventry, United Kingdom
Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi Syarat Kecakapan Umum Pramuka Penegak tingkat Laksana oleh Imanta Azaki. Anggota Ambalan Dipati Ukur, Gugus Depan Kota Bandung 08033.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H