Mohon tunggu...
Imansyah Rukka
Imansyah Rukka Mohon Tunggu... Jurnalis - Kemuliaan Hidup bukan hanya sekedar rutinitas namun bagaimana bisa mermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia - PPWI Sulawesi Selatan -- Jurnalis Koran Sergap, (sergapreborn.id), Jendela Indo News (Jendelaindo.com).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wahai Petaniku, Perbanyaklah Istighfar...!

6 Agustus 2010   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebut saja namanya Daeng Unjung, begitu panggilan akrabnya. Beliau adalah seorang petani yang juga seorang ketua Gapoktan di Desa Pallantikang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Saat ini aktifitas usaha taninya adalah bercocok tanam padi, semangka dan juga perkebunan kakao. Bahkan ia juga memiliki beberapa ekor sapi bali. Saya mengenalnya sudah lama sejak LSM Petani Center gencar-gencarnya melakukan sosialisasi di desanya. Maklum saat itu organisasi petani ini masih dalam tahap assessment program, jadi masih mencari format pemberdayaan apa yang cocok di desa itu. Dan disinilah saya mengenal Daeng Unjung melalui kawan akrab saya yang bernama Ir. Kunia Taufik yang kebetulan kenal baik dengan Dg. Unjung. Mereka berdua tinggal di Desa Pallantikang itu. Pak Kurnia, begitu saya panggiljuga adalah seorang peternak ayam potong dengan skala pemilikan ternak lumayan besar meskipun dengan pola kemitraan. Antara Dg Unjung dan Pak Kurnia inilah yang selalu memberikan masukan kepada lembaga saya, tentang program apa yang harus saya lakukan untuk di desanya. [caption id="attachment_217053" align="aligncenter" width="300" caption="Dua Petani berdiskusi (by tusrisep)"][/caption] Sore tadi kami bertiga berdiskusi seputar program pendampingan yang akan di lakukan oleh LSM PC di desa itu. Dengan santai kami duduk bertiga di bale bambu yang tak jauh dari lokasi kandang peternakan ayam milik Pak Kurnia. Indah sekali suasana saat itu. Diselingi dengan makanan singkong kesukaan saya dan kopi khas Makassar semakin menambah suasana diskusi itu semakin interaktif. Tiba-tiba saja daeng Unjung bertanya kepada saya : "Pak Iman, kapan program petani center bisa dimulai di desa ini ? "Tanya Daeng Unjung. “Tunggu saja, Insya Allah setelah pertemuan dengan Pak Kadis Tanaman Pangan Bapak Ir. Lutfi Halide hari senin depan baru saya bisa kabari. Kebetulan beberapa hari ini beliau masih sibuk. Apalagi beliau baru saja pulang dari umroh, artinya pekerjaan rumah beliau bertumpuk”. Jelas saya. “Oh ya Daeng Unjung, kapan kita bisa menanam lagi, maksud saya padi”, kan sekarang ini sementara panen di lakukan”. Lanjut saya. “Eh..begini Pak Iman”, lahan pertanian sawah di desa ini sebagian masih tadah hujan”, air irigasi tidak sampai di desa ini. seandainya desa ini dapat pengairan dari Bendungan besar di sebelah yang bernama Bili-bili, wah kita bisa mulai lagi. Artinya habis penen, langsung tanam”. Tukas Dg. Unjung. "Ada satu hal yang saya ingin cerita, pak iman..” bahwa di desa ini pernah di bangun bendungan sanre namanya. Saya masih ingat sekitar tahun 1984. Nama pimpronya waktu itu saya masih ingat. Namun sayangnya, bendungan itu hanyalah tinggal nama dan cerita. Kegunaannya sama sekali tidak sempat di nikmati oleh petani di desa ini. Padahal bendungan mega proyek kala itu menelan biaya yang tidak sedikit, sekitar puluhan miliyar kala itu. sebenarnya itu yang masih jadi tanda Tanya bagi saya dan sebagian besar penduduk di kampung ini. nama bendungannya ada, tapi proyeknya tidak ada. Sama seperti pocong”....hehehehe, Daeng Unjung Berkelakar. Begini saja Daeng Unjung, nanti saya coba cari tahu dan selidiki keberadaan proyek bendungan tersebut. apalagi proyek itu sudah lama sekali dan sudah pergantian berapa Gubernur dan Bupati di daerah ini”. Bagi saya, itu harus kita cari tahu, kemana aliran dana proyek bendungan senre yang terbilang fiktif itu”. Kan luar biasa kalau dana tersebut bisa benar-benar di gunakan secara nyata untuk pembuatan bendungan yang bisa mengairi sawah petani. Irigasi yang sangat di butuhkan”. Jelas saya. "Lebih baik, mulai sekarang kita semua perbanyak istigfar saja. Bagaimana Daeng Unjung, Pak Kurnia..?” karena dunia ini sudah semakin kacau balau. Bukan karena orang-orangnya jahat, tapi karena orang-orang saat ini sudah tidak punya kepedulian kepada sesama”. Kepekaan-kepekaan itu sudah sirna dalam dirinya tertutupi oleh egoisme”. Kan nikmat terasa hidup ini kalau kita perbanyak istigfar dalam seharian. Bertani, berdiskusi, diatas kendaraan dan sebagainya, semuanya di selimuti dengan istigfar”. "Saya setuju kalau begitu, benar apa kata pak iman bahwa hidup ini idealnya harus perbanyak istigfar”. Artinya jalan menuju keikhlasan secara total, semua yang kita lakukan, kita serahkan kepada Allah SWT. apapun yang terjadi. termasuk masalah bendungan itu. siapa tahu saja Dia memberikan kita yang lebih baik dari proyek itu, apalagi Pak Iman sudah lebih banyak mengunjungi kami dan melihat langsung keadaan petani di desa ini. inikan sebuah berkah dariNya", jelas Pak Kurnia. "Saya setuju Pak Kurnia, dan juga Daeng Unjung. Itulah salah satu metode kehidupan yang hakiki. Jika kita kaitkan dengan petani dan pertanian, apa yang saya ulas dengan perbanyak istigfar adalah merupakan sebuah keseimbangan dalam kehidupan. Istigfar itu harus dinyatakan dengan sebuah keyakinan. Dan lihat hasilnya dengan sekeliling kita. sejauhmana penghayatan kita dalam mengucapkannya”. Saya hanya ingin Daeng Unjung dan Pak Kurnia membuktikannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam berusaha tani dan usaha ternak. Sesungguhnya kita lihat sekarang bahwa semua yang ada di sekitar sini juga bertasbih kepada kita. sebagaimana alam pun bertasbih kepada orang-orang yang selalu bertasbih setiap detik”. Lahan, tanah dan air akan memberikan dampak yang positif bagi manusia jika ia selalu dalam keadaan kesadaran tertinggi. Itu saja Daeng Unjung dan Pak Kurnia diskusi sore ini”. lain waktu kita sambung lagi”. Saya mau pamit dulu". Itulah diskusi yang begitu sejuk dengan petani saya, Daeng Unjung dan Pak Kurnia. Mereka berdua sangat respon dengan model pemberdayaan melalui metode pengenalan diri. Insya Allah jika semua petani bisa mengaplikasikannya dengan penuh penghayatan. Tak ada yang kesulitan dalam usahataninya dan keluarganya. Bukti secara empirik harus diberikan kepada petani agar mereka selalu sadar bahwa mereka adalam manusia yang paling mulia. Kemuliaan itulah bisa ditemukan dengan perbanyak istgifar. Semoga harapan dan doa saya, memberikan keberkahan, keselamatan, rahmat bagi para petani binaan saya kapan dan dimanapun mereka berada. Niscaya kesulitan-kesulitan yang mendera mereka selama ini terselesaikan di jalan Allah.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun