PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang akan diterapkan mulai selasa besok (21/04/2020) di Kota Makassar, dampak ekonomi mulai berimbas kepada warga salah satunya di Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, seperti tukang ojek, usaha rumah makan, supir angkot, buruh harian, dan warga berpenghasilan rendah yang mulai kesulitan ekonomi.
Ditengah wabah pandemi Covid-19  saat ini dan terlebih lagi ketika sosialisasi pemberlakuanDari pantauan jurnalis kompasiana.com langsung di lapangan bagi mereka yang terkena dampak dari pandemi Covid 19, dan bagaimana melihat kesiap siagaan Pemerintah Kota  (Pemkab) Makassar dengan penuh rasa kemanusiaan secepatnya turun tangan memberikan solusi untuk membantu kehidupan mereka yang terimbas wabah pandemi.
Padahal, sebagaimana himbauan pemerintah baik itu pemerintah pusat, pemprov sulsel dan pemkot makassar, kurang lebih sudah empat minggu lebih lamanya warga bertahan di rumah masing-masing sejak Pemkot Makassar menyatakan siaga Covid 19 pada 23 Maret 2020 lalu, kemudian menaikan status menjadi PSBK per 1 April 2020 dan menyusul permberlalukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) meski  21 - 23 April ini masih dalam tahap sosialisasi dan penerapannya secara penuh yakni dimulai, Jumat (24/04/ 2020).
Namun tak bisa dipungkiri, wabah Covid-19 yang secara nyata sangat berbahaya sekaligus mematikan itu belum juga hilang dari wilayah Bumi Anging Mamiri ini. Akibatnya, sebagian besar warga khususnya yang pendapatan ekonominya tergolong kelas menengah ke bawah mulai menjerit karena mereka mulai merasakan kesulitan ekonomi. Mereka mulai merasa panik menghadapi kebutuhan pokok harian.Â
Mereka dalam hal ini takut kehabisan akan kebutuhan sembilan bahan pokok, sementara uang pendapatan bahkan mungkin uang simpanan atau tabungan mereka sedikit mulai sedikit semakin terkuras bahkan habis.
Belum lagi berbagai kabar bahwa bantuan sembako yang dijanjikan pemerintah hingga kini secara nyata belum tersentuh secara merata dan warga masyarakat masih menunggu kabar kepastian kapan mau dibagikan kepada mereka.
"Semenjak wabah virus corona ini, sudah sebulan himbauan pemerintah menetap dirumah kami sudah patuhi untuk dijalankan. Kami takut terinfeksi virus corona. Sebulan ini di rumah saja, makan dari uang tabungan," kata Sanati (49) sorang Ibu RT yang tinggal di RT 04/RW 01, Kelurahan Daya yang kesehariannya hidup dari kerja sebagai tukang cuci pakaian di  Kelurahan Daya, Senin (20/04/2020).
Mirisnya, ungkap Sanati, uang dari hasil kerja cucian kemarin habis buat makan dan kebutuhan hidup lain. "Uang sudah habis, listrik yang katanya gratis ternyata di rumah saya enggak dapet. Suami sudah pisah sejak lama dan saya mau kerja juga tidak bisa karena wabah ini,"" katanya.
Hal yang sama juga dialami Daeng Ewa (65), Warga Kelurahan Bakung, Kecamatan Biringkanaya, Ia seorang tukang ojek yang setiap harinya mangkal di  pangkalan ojek Perempatan Laikang Jalan Goa Ria. Dimana sejak merebaknya virus corona (Covid-19) ini penumpang sepi, karena warga khawatir tertular virus ganas ini. Sementara ia harus menghidupi istri, anak dan tiga orang cucunya.
"Tidak tau juga sampai kapan kondisi ini berakhir. Saya sudah tua, tapi tetap bertahan ngojek demi keluarga. Tapi semakin hari penumpang makin sepi. Ada rasa takut saat bekerja di luar rumah, tapi kalau tidak ngojek bisa kelaparan kami," katanya dengan mimik sedih.
Syahrul (55), tukang ojek yang biasa mangkal di pangkalan ojek Koramil Daya mengaku kehidupannya semakin tidak menentu sejak wabah virus Corona ini.Â
"Selama ini juga becak sudah kalah dengan ojek. Ditambah lagi ada corona, tambah belangsak (susah), sepi, untuk sekedar nyari makan saja susah, kondisi begini pendapatan hanya 10 ribu rupiah," kata dia.Daeng Sija (40), Seorang supir pete-pete (angkot) jurusan Daya - Pangkep sebelum wabah corona merebak, Â ia bisa mendapat pengasilan hingga 150 rb bersih. Namun selama wabah corona kadang hanya 10 ribu per hari dan tidak menentu. Damg sija sapaan akrabnya adalah warga yang berdomisili di Kelurahan Kapasa, Kecamatan Biringkanaya. "Penumpang sepi, otomatis penumpang juga ga ada. Nyari uang seribu dua ribu, susah sekali," katanya.
Haris (34), pemilik warung sari laut di kawasan Koramil Daya biasanya sebelum terjadi wabah corona bisa dapat rata-rata 200 ribu rupiah per hari dan saat kondisi begini penghasilannya menjadi tidak menentu," ungkapnya.