Mohon tunggu...
Imansyah Rukka
Imansyah Rukka Mohon Tunggu... Jurnalis - Kemuliaan Hidup bukan hanya sekedar rutinitas namun bagaimana bisa mermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia - PPWI Sulawesi Selatan -- Jurnalis Koran Sergap, (sergapreborn.id), Jendela Indo News (Jendelaindo.com).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan Turun, Terima Kasih Alam

3 Oktober 2011   13:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

[caption id="attachment_139198" align="aligncenter" width="300" caption="Hujan turun membasahi jiwa-jiwa yang kering kerontang dan haus akan kerinduan alam (sejarah)"][/caption]

Bumi Kota Jakarta baru saja berubah seketika diguyur hujan yang begitu dirundukan bagi siapa saja yang ada di seluruh kota ini. Airnya turun seketika membasahi relung-relung kehidupan dari semua yang ada. Termasuk jiwa-jiwa manusia yang haus dan kering kerontang akan kesejukannya. Meski ramalan dari para ahli mengatakan kemarau akan terus mengancam yang ditandai dengan kekeringan dimana-mana, malah diperkuat dengan pakar-pakar dunia bahwa ini adalah efek dari pemanasan global sehingga kemarau panjang yang berakibat curah hujan sangat minim akan terus membebani manusia. Namun tidaklah bagi jiwa-jiwa yang selalu merindukan alam ini.

Dengan filosofi padi, ia jalani hidup dimuka bumi ini dengan penuh keremdahan hati, sebuah kesadaran tertinggi yang ia capai karena kerendahan hatinya hidup di alam semesta ini. Ia paham bahwa ia adalah bagian dari alam itu sendiri, yang sejak ia lahir hingga ia masih bisa mrnghirup udara keluar masuk, sejak mulai dari ia menuju peraduannya dengan mata terpejam hingga esok harinya, ia tak pernah lupa akan nikmat yang telah diberikan oleh yang menciptakannya. Ketika ia tersentak bukan apa dan siapa yang ia cari, ia hanya mengatakan dalam hatinya “Wahai Tuhanku apakah Engkau Masih Bersamaku?”.

Kini hujan itu benar-benar telah turun, meskipun hanya sesaat dan sejenak dan telah redah. Namun baginya tetap bermakna hakiki tiada batas. Dan bagaimana berkah itu mengucap rasa syukur atas air bumi yang telah membasahi tanah-tanah petani yang selama ini kekeringan bahkan menuai kegagalan panen di sejumlah daerah penghasil pangan di negeri agraris yang ia sangat cintai ini. Ia paham bahwa bahasa Tuhan dan alam terkadang tak ada yang jelas, dan dengan begitu ia tetap bersykur atas nikmat suci itu karena yang sedikit insya allah berkah dan yang banyak biasanya membawa mudarat dan malapetaka.

Menjelang malam, tak lupa ia selalu Ia berseru salam kepada seluruh alam beserta segala isinya dan kepada seluruh kekasih-kekasih Tuhan, bahwa apa yang selama ini ia lakukan adalah kehendakNya. Dan ia yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa kerajaan langit dan bumi akan terus bersamanya selama ia tetap berada dalam jalan yang lurus, jalan yang dikehendaki olehNya. Ia tak pernah ada rasa ragu sedikitpun dengan apa yang terjadi di muka bumi ini, karena keyakinan yang satu itu sudah tertanam kuat. Maka ketika hujan yang baru saja turun membasahi bumi yang dirindukan oleh semua manusia dan kawan-kawan petani di desa nun jauh disana adalah sebua oase bahwa hujan yang merupakan bagian dari alam semesta raya ini tak akan pernah berdusta dengan apa yang dilakukan oleh manusia-manusia sesuai dengan amal kebjikannya hidup dimuka bumi. Ia pun menutup dengan kata “Terimakasih Alam beserta segala isinya”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun